:: Sponsored ::


:: Statistic ::


Web Page Counter
Since 25.01.2006
Since 17.Aug.2005

visitor online

:: MP3 Player ::
Tam's MP3 Player
:: Tam's IndoHitz ::
:: Quotation ::
:: Blog Map ::
My Location
:: The Story ::


Merendah Itu Indah
<$BlogDateHeaderDate$>
Di satu kesempatan, ada turis asing yang meninggal di Indonesia.
Demikian baiknya turis ini ketika masih hidup, sampai-sampai Tuhan memberikan kesempatan untuk memilih : surga atau neraka.
Tahu bahwa dirinya meninggal di Indonesia, dan sudah teramat sering ditipu orang, maka iapun meminta untuk melihat dulu baik surga maupun neraka.
Ketika memasuki surga, ia bertemu dengan pendeta, kiai dan orang-orang baik lainnya yang semuanya duduk sepi sambil membaca kitab suci.
Di neraka lain lagi, ada banyak sekali hiburan di sana.

Ada penyanyi cantik dan seksi lagi bernyanyi.
Ada lapangan golf yang teramat indah.
Singkat cerita, neraka jauh lebih dipenuhi hiburan dibandingkan surga.

Yakin dengan penglihatan matanya, maka turis tadi memohon ke Tuhan untuk tinggal di neraka saja.
Esok harinya, betapa terkejutnya dia ketika sampai di neraka.
Ada orang dibakar, digantung, disiksa dan kegiatan-kegiatan mengerikan lainnya.
Maka proteslah dia pada petugas neraka yang asli Indonesia ini.
Dengan tenang petugas terakhir menjawab :
'kemaren kan hari terakhir pekan kampanye pemilu".
Dengan jengkel turis tadi bergumam :
'dasar Indonesia, jangankan pemimpinnya, Tuhannya saja tidak bisa dipercaya!'.

Anda memang tidak dilarang tersenyum asal jangan tersinggung karena ini hanya lelucon.
Namun cerita ini menunjukkan, betapa kepercayaan (trust) telah menjadi komoditi yang demikian langka dan mahalnya di negeri tercinta ini.
Dan sebagaimana kita tahu bersama, di masyarakat manapun di mana kepercayaan itu mahal dan langka, maka usaha-usaha mencari jalan keluar amat dan teramat sulit.

Jangankan dalam komunitas besar seperti bangsa dan perusahaan dengan ribuan tenaga kerja, dalam komunitas kecil berupa keluarga saja, kalau kepercayaan
tidak ada, maka semuanya jadi runyam.
Pulang malam sedikit, berujung dengan adu mulut.

Berpakaian agak dandy sedikit mengundang cemburu.

Di perusahaan malah lebih parah lagi.
Ketidakpercayaan sudah menjadi kanker yang demikian berbahaya.
Krisis ekonomi dan konglomerasi bermula dari sini.
Buruh yang mogok dan mengambil jarak di mana-mana, juga diawali dari sini.
Apa lagi krisis perbankan yang memang secara institusional bertumpu pada satu-satunya modal : trust capital.

Bila Anda rajin membaca berita-berita politik, kita dihadapkan pada siklus ketidakpercayaan yang lebih hebat lagi.
Polan tidak percaya pada Bambang. Bambang membenci Ani. Ani kemudian berkelahi dengan Polan.
Inilah lingkaranketidakpercayaan yang sedang memperpanjang dan memperparah krisis.

Dalam lingkungan seperti itu, kalau kemudian muncul kasus-kasus perburuhan seperti kasus hotel Shangrila di Jakarta yang tidak berujung pangkal, ini
tidaklah diproduksi oleh manajemen dan tenaga kerja Shangrila saja.
Kita semua sedang memproduksi diri seperti itu.

Andaikan di suatu pagi Anda bangun di pagi hari, membuka pintu depan rumah, eh ternyata di depan pintu ada sekantong tahi sapi.
Lengkap dengan pengirimnya : tetangga depan rumah.
Pertanyaan saya sederhana saja : bagaimanakah reaksi Anda?

Saya sudah menanyakan pertanyaan ini ke ribuan orang.
Dan jawabannyapun amat beragam.

Yang jelas, mereka yang pikirannya negatif, 'seperti sentimen, benci, dan sejenisnya ', menempatkan tahi sapi tadi sebagai awal dari permusuhan (bahkan mungkin peperangan) dengan tetangga depan rumah.
Sebaliknya, mereka yang melengkapi diri dengan pikiran-pikiran positif 'sabar, tenang dan melihat segala sesuatunya dari segi baiknya' menempatkannya sebagai awal persahabatan dengan tetangga depan rumah.
Bedanya amatlah sederhana, yang negatif melihat tahi sapi sebagai kotoran yang menjengkelkan.
Pemikir positif meletakkannya sebagai hadiah pupuk untuk tanaman halaman rumah yang memerlukannya.

Kehidupan serupa dengan tahi sapi. Ia tidak hadir lengkap dengan dimensi positif dan negatifnya.
Tapi pikiranlah yang memproduksinya jadi demikian.
Penyelesaian persoalan manapun 'termasuk persoalan perburuhan ala Shangrila' bisa cepat bisa lambat.
Amat tergantung pada seberapa banyak energi-energi positif hadir dan berkuasa dalam pikiran kita.

Cerita tentang tahi sapi ini terdengar mudah dan indah, namun perkara menjadi lain, setelah berhadapan dengan kenyataan lapangan yang teramat berbeda.
Bahkan pikiran sayapun tidak seratus persen dijamin positif, kekuatan negatif kadang muncul di luar kesadaran.

Ini mengingatkan saya akan pengandaian manusia yang mirip dengan sepeda motor yang stang-nya hanya berbelok ke kiri.
Wanita yang terlalu sering disakiti laki-laki, stang-nya hanya akan melihat laki-laki dari perspektif kebencian.
Mereka yang lama bekerja di perusahaan yang sering membohongi pekerjanya, selamanya melihat wajah pengusaha sebagai penipu.
Ini yang oleh banyak rekan psikolog disebut sebagai pengkondisian yang mematikan.

Peperangan melawan keterkondisian, mungkin itulah jenis peperangan yang paling menentukan dalam memproduksi masa depan.
Entah bagaimana pengalaman Anda, namun pengalaman saya hidup bertahun-tahun di pinggir sungai mengajak saya untuk merenung.
Air laut jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan air sungai.
Dan satu-satunya sebab yang membuatnya demikian, karena laut berani merendah.

Demikian juga kehidupan saya bertutur.
Dengan penuh rasa syukur ke Tuhan, saya telah mencapai banyak sekali hal dalam kehidupan.
Kalau uang dan jabatan ukurannya, saya memang bukan orang hebat.
Namun, kalau rasa syukur ukurannya, Tuhan tahu dalam klasifikasi manusia mana saya ini hidup.
Dan semua ini saya peroleh, lebih banyak karena keberanian untuk merendah.

Ada yang menyebut kehidupan demikian seperti kaos kaki yang diinjak-injak orang.
Orang yang menyebut demikian hidupnya maju, dan sayapun melaju dengan kehidupan saya.
Entah kebetulan entah tidak. Entah paham entah tidak tentang pilosopi hidup saya seperti ini.
Seorang mengutip Rabin Dranath Tagore : 'kita bertemu yang maha tinggi, ketika kita rendah hati'.

Oleh: Gede Prama
posted by .:: me ::. @ 6:41:00 AM  
1 Comments:
  • At 22/5/06 11:33, Anonymous Anonymous said…

    Your site is on top of my favourites - Great work I like it.
    »

     
Post a Comment
<< Home
 
:: My Profile ::

... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...




Join me on Friendster!

Chat 

With Me
:: Wisdom ::

When we succeed, we are thankful. When we fail, we are also thankful.
The happiness and wealth are in the thankful attitude itself.
[Saat sukses kita bersyukur. Saat gagalpun kita bersyukur.
Sesungguhnya kebagiaan dan kekayaan sejati ada pada rasa bersyukur.]"

Love and attention is power! If all us are willing to share love and attention towards people arounds us, then life will be happier and more meaningfull.
(Cinta dan perhatian adalah kekuatan! Jika setiap hari kita mau memberikan cinta dan perhatian kepada orang-orang di sekeliling kita hidup akan lebih bermakna).

Terkadang manusia terlebih dahulu tenggelam dalam keputusasaannya.
Dengan emosinya mereka mengatakan bahwa masalah yang mereka hadapi sangatlah berat.
Sesungguhnya jika mereka yakin dengan usaha mereka, niscaya Tuhan pasti menjawabnya.

Salah satu cara yang paling efektif untuk memperbaiki diri adalah dengan mengingat dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Karena mungkin saja kesempitan yang dialami saat ini adalah buah dari kesalahan masa lalu dan kita belum memohonkan ampun kepada Allah.

The future is not a result of choices among alternative paths offered by the present, but a place that is created – created first in the mind and will, created next in activity.
The future is not some place we are going to, but one we are creating. The paths are not to be found, but made, and the activity of making them, changes both the maker and the destination.[John Schaar].
:: Recent Post ::
:: Archives ::
:: Menu ::
:: LETTO Fans Blog ::
:: NIDJIholic Blog ::

Click Slide Show
:: Friends ::
:: Games ::
:: Powered By ::

BLOGGER
2006, Ver. 4.0, Design by: Tamtomo~ Email: TamtomoMail~ Please Send Your Comment About Our Blog