:: Sponsored ::


:: Statistic ::


Web Page Counter
Since 25.01.2006
Since 17.Aug.2005

visitor online

:: MP3 Player ::
Tam's MP3 Player
:: Tam's IndoHitz ::
:: Quotation ::
:: Blog Map ::
My Location
:: The Story ::


Kealamian Ditemukan Dalam Diam
<$BlogDateHeaderDate$>
Kesibukan kerja yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, membuat saya memiliki jadwal terbang yang cukup padat.
Hampir setiap minggu saya terbang.
Beberapa pramugara dan pramugari Garuda bahkan mengenali saya karena terlalu sering bertemu di pesawat.
Bahkan, ada yang bercanda dan mengatakan kalau saya ini laki-laki panggilan.
Dan tentu saja mereka benar, karena saya teramat sering dipanggil orang untuk urusan jadi pembicara publik dan konsultan.
Namun, terlepas dari godaan dan canda terakhir, ada sebuah kegiatan yang kerap saya lakukan kalau sedang terbang : melihat dan mengamati awan.

Kadang ada hamparan awan yang serupa dengan salju yang putih bersih dan terhampar luas. Ada juga awan yang tipis dan terbang ringan ditiup angin.
Ada juga awan tebal dan hitam yang kerap membuat pesawat bergoyang-goyang keras.
Namun, apapun warna dan jenis awannya, awan memiliki kemewahan luar biasa yang tidak dimiliki kita manusia : kebebasan dan keikhlasan.

Ingin rasanya memiliki kualitas kebebasan dan keikhlasan sebagaimana awan.
Dan semakin dicermati serta dipelajari, apa lagi diselami dalam samudera-samudera kalbu yang maha luas, rupanya kita manusia juga bisa memiliki kualitas-kualitas terakhir.
Ada yang menyebutnya sulit tentunya. Ada juga yang mengatakan tidak mungkin.
Apapun halangannya, izinkan saya bertutur ke Anda, halangan-halangan manusia yang
menggembok kita untuk memiliki kualitas kebebasan dan keikhlasan seperti awan.

Sebagaimana dituturkan dan diyakini banyak penulis, akar dari semua ketidakbebasan dan ketidakikhlasan manusia adalah mind.
Oleh karena berbagai sebab dan faktor, mind manusia telah berkembang menjadi kekuatan-kekuatan pengikat yang demikian memasung.
Ia yang tadinya lahir secara alami, jernih, teduh dan terang, oleh pengalaman dan pendidikan sudah dirubah menjadi kekuatan-kekuatan yang sebaliknya.
Depresi, stress, penderitaan, pandangan yang tidak jernih dan apapun namanya semuanya bermula dari rantai pengikat terakhir.
Bedanya dengan rantai sebenarnya yang bisa dimintakan tolong orang lain untuk membukanya, rantai mind diciptakan dan mesti dibuka oleh pemiliknya sendiri.

Memang, ada banyak sebab yang tersembunyi di balik hidup yang dirantai mind. Salah satu yang layak untuk diperhatikan adalah pendidikan dan pengalaman. Oleh dua faktor terakhir, banyak manusia yang sudah kehilangan sifat alami mind-nya.
Pendidikan yang pada awalnya diniatkan berfungsi sebagai jendela-jendela kejernihan, malah
berkembang sebaliknya.
Melalui logika-logikanya yang keras (baca : benar-salah), ia telah membawa banyak peserta didik terasing dari kealamiannya sendiri. Pengalaman juga serupa, ia memang bisa menjadi
guru terbaik, namun tidak jarang terjadi, ia juga menghadirkan peta-peta dari masa lalu yang kerap membuat orang jadi terasing dari kesehariannya.

Sebagaimana diyakini banyak orang dalam tradisi Zen, perjalanan hidup sering diibaratkan dengan perjalanan dari satu tempat, dan berakhir di tempat yang sama.
Dan ketika kembali, manusia seperti melihat tempat tadi untuk pertama kalinya.
Ini berarti, setinggi apapun pengetahuan, sebanyak apapun pengalaman orang, layak dipertimbangkan untuk kembali ke tempat di mana kita memulainya dulu.
Dan siapapun manusianya, semua memulainya di tempat yang alami.

Coba perhatikan suara bayi yang baru lahir.
Entah itu di Inggris maupun Prancis, di Australia atau di Amerika, semuanya memiliki suara tangisan yang amat serupa.
Demikian juga dengan anak-anak yang memulai dunia sekolah, semuanya mulai dengan belajar huruf dan angka.
Setiap anak-anak memulai kehidupan intelektualnya dengan serangkaian pertanyaan – bukan jawaban. Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi dalam mind manusia, ia mulai dengan sebuah kealamian.
Sayangnya, kealamian yang menjadi awal sekaligus akhir ini, oleh upaya sengaja maupun tidak sengaja, sudah mulai terkikis secara meyakinkan dalam kehidupan banyak orang.

Di kota-kota besar di mana kepintaran, kecerdikan dan keahlian dipuja-puja sebagai mesin uang yang meyakinkan, kealamian bahkan diberi stempel menyedihkan : lugu dan bodoh.
Maka bisa dimaklumi, kalau kota besar disamping memproduksi banyak uang, ia juga memproduksi keterikatan-keterikatan yang membuat manusia terasing.
Coba lihat anak-anak yang terkena narkoba, angka perceraian yang meningkat tajam, perampokan yang mengerikan, atau penyakit korupsi yang tidak sembuh-sembuh.
Bukankah terjadi kebanyakan di kota-kota di mana kealamian diidentikkan dengan keluguan dan kebodohan ?

Mungkin saja saya bias, atau mungkin saja Anda menyebut saya lugu dan bodoh, namun kealamian di manapun adalah sahabat kejernihan, kejujuran dan bahkan kebijakan.
Dan berbeda dengan pendidikan serta pengalaman, yang mengenal wacana sebagai kendaraan kemajuan.
Kealamian malah berjalan sebaliknya, ia sering kali tersembunyi rapi dalam silence.
Makanya, saya masih ingat sekali apa yang pernah dituturkan seorang sahabat dengan kehidupan meditatif yang mengagumkan : naturalness is found in silence.

Belajar dari sini, ada baiknya kalau kita kembali merenungkan sifat-sifat alami mind kita.
Tidak untuk dinilai, apa lagi untuk dihakimi.
Sebagaimana awan, kita hanya memerlukan satu kegiatan : diam.
Apa lagi diam yang dibimbing oleh keikhlasan, bukan tidak mungkin kejernihan menjadi sahabat karibnya sang hidup.

Oleh: Gede Prama
posted by .:: me ::. @ 6:52:00 AM  
0 Comments:
Post a Comment
<< Home
 
:: My Profile ::

... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...




Join me on Friendster!

Chat 

With Me
:: Wisdom ::

When we succeed, we are thankful. When we fail, we are also thankful.
The happiness and wealth are in the thankful attitude itself.
[Saat sukses kita bersyukur. Saat gagalpun kita bersyukur.
Sesungguhnya kebagiaan dan kekayaan sejati ada pada rasa bersyukur.]"

Love and attention is power! If all us are willing to share love and attention towards people arounds us, then life will be happier and more meaningfull.
(Cinta dan perhatian adalah kekuatan! Jika setiap hari kita mau memberikan cinta dan perhatian kepada orang-orang di sekeliling kita hidup akan lebih bermakna).

Terkadang manusia terlebih dahulu tenggelam dalam keputusasaannya.
Dengan emosinya mereka mengatakan bahwa masalah yang mereka hadapi sangatlah berat.
Sesungguhnya jika mereka yakin dengan usaha mereka, niscaya Tuhan pasti menjawabnya.

Salah satu cara yang paling efektif untuk memperbaiki diri adalah dengan mengingat dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Karena mungkin saja kesempitan yang dialami saat ini adalah buah dari kesalahan masa lalu dan kita belum memohonkan ampun kepada Allah.

The future is not a result of choices among alternative paths offered by the present, but a place that is created – created first in the mind and will, created next in activity.
The future is not some place we are going to, but one we are creating. The paths are not to be found, but made, and the activity of making them, changes both the maker and the destination.[John Schaar].
:: Recent Post ::
:: Archives ::
:: Menu ::
:: LETTO Fans Blog ::
:: NIDJIholic Blog ::

Click Slide Show
:: Friends ::
:: Games ::
:: Powered By ::

BLOGGER
2006, Ver. 4.0, Design by: Tamtomo~ Email: TamtomoMail~ Please Send Your Comment About Our Blog