|
Bagaimana Cara Mempertahankan Motivasi? |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
“Bagaimana cara mempertahankan motivasi? Dari mana sumbernya?”
Seringkali, ketika kita merasa down, biasanya kita senang “curhat” dengan teman maupun kekasih hati. Ada juga yang menjadi tiba-tiba rajin berdoa dan berkomunikasi dengan The Ultimate Force of Life (alias Yang Maha Kuasa). Banyak cara untuk mengatasi hati yang sedih, kacau, kecewa, cemas dan gundah gulana. Termasuk segelintir orang yang mempunyai akses untuk terus mengikuti seminar-seminar motivasi dengan tujuan “memompa” motivasi yang sudah mulai kendor. Setelah beberapa lama, biasanya dalam hitungan hari, motivasi yang “terpompa” tiba-tiba menjadi loyo kembali. Gundah gulana lagi. Sedih lagi. Kecewa lagi. Cemas lagi. Panik lagi.
Setelah itu, kembali mencari “pompa motivasi” dengan berbagai cara dari “luar,” yaitu dengan cara-cara di atas. Tetap saja, motivasi menjadi kendor dalam beberapa hari. Kemudian, siklus “memompa” dan “kendor” terulang lagi. Begitu seterusnya seperti suatu lingkaran yang tidak ada putusnya. Bagaimana caranya supaya motivasi yang sudah terpompa itu menjadi “tahan lama”? Pertanyaan yang bagus sekali. Pertanyaan philosophical ini sebenarnya bisa dijawab dalam bentuk buku yang tebalnya 300 halaman atau dengan satu kalimat singkat ini, “Carilah motivasi dari dalam diri, bukan dari luar. Segala sesuatu yang berasal dari dalam diri tidak akan mudah goyah oleh hal-hal dari luar.”
Banyak sekali bukti bahwa motivasi yang tertinggi (the ultimate motivation) bukanlah motivasi yang bersumber dari teriakan-teriakan motivasional dan afirmasi-afirmasi yang diucapkan tidak dengan sepenuh hati. Bahkan ada orang yang bertanya kepada saya, “Kok katanya saya bisa semakin sukses, lha padahal saya sudah ucapkan afirmasi setiap hari selama dua bulan, kok ya belum sukses-sukses pula…?” Ah, pertanyaan semacam ini adalah pertanyaan (maaf) yang dungu. Selama afirmasi hanya dianggap sebagai afirmasi, ia tidak akan memberi manfaat nyata. Afirmasi hanyalah salah satu instrumen untuk mengubah mindset seorang pecundang (loser) menjadi pemenang (winner).
Jadi, afirmasi bukanlah jalan freeway menuju sukses. Ia hanyalah tumpukan batu kerikil yang bisa kamu susun setiap hari menjadi jalan setapak yang berliku-liku menuju suatu jalan misterius, yang mudah-mudahan, adalah jalan Anda menuju sukses. Saya menjadi teringat dengan salah satu teman kuliah saya, yang sudah bertahun-tahun ingin melakukan sesuatu setiap kali hatinya sedang gundah gulana. Sampai detik ini, hal itu belum juga ia lakukan karena berbagai pertimbangan yang bagi saya adalah “mengada-ada.” Uniknya, setiap kali gundah, ia pasti ingat akan hal itu, lantas dengan nada yang sangat memelas, ia biasanya menghubungi saya. Biasanya saya pompa semangatnya untuk mempersiapkan diri menyongsong hari baru sesuai dengan harapannya. Namun biasanya dalam beberapa hari, niatnya diurungkan lagi, terutama kalau hatinya sudah tidak gundah lagi. Ini sudah membentuk suatu pola yang berlangsung bertahun-tahun tanpa ada tindakan nyata. Kegundahan akan terus menghantuinya sepanjang hidup, di manapun dia berada. Niat untuk “escape” dari suatu keadaan ketika hati gundah semestinya bisa dilawan dengan tekad yang kuat. Kalau pun niat ini sudah menjadi ketekadan bulat, “escape” lah, tanpa perlu ditimbang-timbang lagi akan kekhawatiran yang tidak perlu.
Keberanian dan ketekatan untuk bertindak di dalam ketidakmenentuan merupakan wujud dari iman (faith) kita. Jalanlah dalam kegelapan, toh di ujung lorong ada secercah cahaya yang menerangin jalan kita. Lantas, mengapa takut? Motivasi dari dalam juga merupakan wujud dari iman (faith). Jadi, sangat tidak masuk akal (make sense) bagi saya kalau ada orang beriman yang sangat rajin beribadah namun tidak mempunyai motivasi hidup dan gundah gulana serta cemas tidak karuan terus sepanjang hidup. Iman (faith) identik dengan motivasi berkelas marathon dan keberanian serta tekad untuk berjalan di dalam lorong yang gelap (tidak menentu). Saya yakin Anda lebih senang menyebut diri sebagai seorang beriman, namun yang seperti apa? Hanya Anda yang bisa menjawab sendiri.
Sekarang Anda pasti sudah bisa menjawab bahwa sumber motivasi tertinggi bersumber dari dalam diri sendiri yang dibarengi dengan iman yang mendalam. Yuk, kita jalan bersama-sama di dalam lorong yang gelap sambil bernyanyi dan tertawa. Biarkan dunia bergejolak, toh saya tahu apa yang mesti saya jalankan di dalam lorong yang penuh misteri ini.
Sumber: Jennie S. Bev. (penulis, edukator dan konsultan berbasis di Kalifornia Utara, ia telah menerbitkan 20 buku dan lebih dari 900 artikel di manca negara) |
posted by .:: me ::. @ 6:45:00 AM |
|
1 Comments: |
-
Nice colors. Keep up the good work. thnx! »
|
|
<< Home |
|
|
|
|
:: My Profile :: |
... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...
Join me on
Friendster!
|
:: Wisdom :: |
|
:: Recent Post :: |
|
:: Archives :: |
|
:: Menu :: |
|
:: LETTO Fans Blog :: |
|
:: NIDJIholic Blog :: |
Click Slide Show
|
:: Friends :: |
|
:: Games :: |
| |
Nice colors. Keep up the good work. thnx!
»