|
Ulang Tahun |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
"Jiwa dari sebuah penghargaan tidak berada dalam barang yang Anda berikan, tetapi justru ada dalam kata-kata yang keluar dari mulut Anda."
Seorang Ibu terheran-heran melihat putrinya yang habis merayakan ulang tahun lebih sibuk mencari-cari dan mengumpulkan kartu-kartu ucapan dari teman-temannya. "Kenapa engkau tidak membuka kado-kado itu dan melihat isinya?" Ibu itu penasaran, karena hadiah yang dibelikannya pun ---sebuah gaun pesta yang mahal--- juga tidak segera dibukanya. "Ayo sayang, lihat dan buka hadiah dari Mama dan Papa .." katanya.
"Sebentar ya Ma .." kata gadis kecil itu sambil terus menyusun kartu-kartu untuk dibacanya. Lama gadis cilik itu membaca kartu-kartu sambil berbinar dan terkadang tersenyum, tertawa dan tampak serius membacanya.
Sang Ibu tentu menjadi gusar dan jengkel karenanya, karena ia berharap putrinya segera membuka hadiah darinya dan ia pun sudah mebayangkan teriakan, "Terimakasih ya Ma !" serta ciuman terimakasih dari puterinya. Ia membayangkan bagaimana putrinya bahagia mendapatkan gaun pesta yang spesial yang ia belikan.
Namun sebelum ketidaksenangan sang Ibu berlanjut, gadis itu rupanya sudah memahaminya. "Ma, maaf ya ... bukan mengabaikan kado Mama, tetapi ucapan-ucapan ini lebih berharga bagiku. Kata-kata dari teman dan sahabat ini lebih berjiwa dari pada barang-barang yang mereka berikan, karena kata-kata ini, betapa pun sederhananya sungguh-sungguh keluar dari hati mereka. Itu kenapa aku lebih memilih membaca kartu-kartu ini terlebih dahulu..."
Sang Ibu tidak bisa berbicara banyak mendengar ungkapan hati puterinya. Terlebih, dalam bungkusan kado yang disiapkannya, ia tidak menyiapkan kartu dan kata-kata ucapan ....
REFLEKSI Betapa banyak dari kita sering terpesona atau menganggap hadiah berupa barang-barang yang mahal akan membahagiakan. Padahal kata-kata ucapan yang tulus sebenarnya merupakan hadiah termahal yang kita bisa berikan dan atau terima.
Labels: Unknown |
posted by .:: me ::. @ 6:50:00 AM
|
|
|
Cinta Kepala Ikan |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Pada suatu hari, diadakan sebuah pesta emas peringatan 50 tahun pernikahan sepasang kakek-nenek. Pesta ini pun dihadiri oleh keluarga besar kakek dan nenek tersebut beserta kerabat dekat dan kenalan. Pasangan kakek-nenek ini dikenal sangat rukun, tidak pernah terdengar oleh siapa pun mengenai berita mereka perang mulut.
Singkat kata mereka telah mengarungi bahtera pernikahan yang cukup lama bagi kebanyakan orang. Mereka telah dikaruniai anak-anak yang sudah dewasa dan mandiri baik secara ekonomi maupun pribadi. Pasangan tersebut merupakan gambaran sebuah keluarga yang sangat ideal.
Di sesela acara makan malam yang telah tersedia, pasangan yang merayakan peringatan ulang tahun pernikahan mereka ini pun terlihat masih sangat romantis. Di meja makan, telah tersedia hidangan ikan yang sangat menggiurkan yang merupakan kegemaran pasangan tersebut. Sang kakek pun, pertama kali melayani sang nenek dengan mengambil kepala ikan dan memberikannya kepada sang nenek, kemudian mengambil sisa ikan tersebut untuknya sendiri.
Tapi aneh, perasaan si nenek justru terharu bercampur kecewa dan heran. Akhirnya sang nenek berkata kepada sang kakek: "Suamiku, kita telah melewati 50 tahun bahtera pernikahan. Ketika engkau memutuskan untuk melamarku, aku memutuskan untuk hidup bersamamu dan menerima dengan segala kekurangan yang ada untuk hidup sengsara denganmu. Aku menerima hal tersebut karena aku sangat mencintaimu.
Sejak awal pernikahan, ketika kita mendapatkan keberuntungan untuk dapat menyantap hidangan ikan, engkau selalu hanya memberiku kepala ikan yang sebetulnya sangat tidak aku suka, namun aku tetap menerimanya dengan mengabaikan ketidaksukaanku tersebut karena aku ingin membahagiakanmu.
Aku tidak pernah lagi menikmati daging ikan yang sangat aku suka selama masa pernikahan kita. Sekarang pun, setelah kita berkecukupan, engkau tetap memberiku hidangan kepala ikan ini. Aku sangat kecewa, suamiku. Aku tidak tahan lagi untuk tidak mengungkapkan hal ini."
Sang kakek pun terkejut dan bersedihlah hatinya mendengarkan penuturan sang nenek. Akhirnya, sang kakek pun menjawab: "Istriku, ketika engkau memutuskan untuk menikah denganku, aku sangat bahagia dan aku pun bertekad untuk selalu membahagiakanmu dengan memberikan yang terbaik untukmu.
Sejujurnya, hidangan kepala ikan ini adalah hidangan yang sangat aku suka. Namun, aku selalu menyisihkan hidangan kepala ikan ini untukmu, karena aku ingin memberikan yang terbaik bagimu. Semenjak menikah denganmu, tidak pernah lagi aku menikmati hidangan kepala ikan yang sangat aku suka itu. Aku hanya bisa menikmati daging ikan yang tidak aku suka karena banyak tulangnya itu. Aku minta maaf, istriku."
Mendengar hal tersebut, sang nenek pun menangis. Mereka pun akhirnya berpelukan. Percakapan pasangan ini didengar oleh sebagian undangan yang hadir sehingga akhirnya mereka pun ikut terharu.
(sumber: unknown)Labels: Unknown |
posted by .:: me ::. @ 7:06:00 AM
|
|
|
Meletakkan Beban |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Alexis Carrel seorang ahli bedah kelahiran Lyons, Prancis, pejuang militer, sekaligus ilmuwan yang pernah mengilhami Charles Lindbergh dalam ilmu penerbangan, dikenal sebagai pekerja keras.
Meski demikian pemenang Nobel Kedokteran 1912 ini tetap menyarankan agar kita mencari waktu untuk ngaso (istirahat, Red.) di tengah sempitnya kesempatan. Sebaiknya kita istirahat dan menghibur diri dengan berbagai cara sehingga istirahat dan hiburan tersebut tidak menimbulkan kelelahan baru.
Manfaat ngaso bermacam-macam. Hari ini seorang profesor memulai kuliahnya dengan mengangkat sebuah gelas kaca penuh air di depan para mahasiswanya. "Berapa berat gelas ini?" Jawaban mahasiswa beragam, "Mungkin 100 gram, 150 gram, 1/4 kg."
"Saya sendiri juga tidak tahu kecuali kalau saya menimbangnya lebih dulu," ujar sang profesor kalem, "Pertanyaannya adalah, apakah yang akan terjadi kalau saya memegang gelas ini selama beberapa menit?" "Tidak akan terjadi apa-apa," jawab seorang mahasiswa. "Kalau saya memegangnya selama satu jam?" "Paling-paling tangan Anda akan kaku dan capek." "Bagaimana kalau saya memegang gelas ini selama satu hari?" "Tangan Anda akan kebas, orot-otot lengan menjadi kaku dan tegang. Kemungkinan terburuk bisa lumpuh." "Ok. Apakah selama itu berat gelas bertambah?" "Oh, tidak" "Lantas, apa yang menyebabkan tangan saya sakit?" Suasana kelas berubah hening. Tiba-tiba ada yang nyeletuk, "Kalau gitu, letakkan saja gelas itu di meja." "Tepat!" kata profesor.
Beban hidup kita sama seperti itu. Kalau sebuah masalah kita pikirkan dalam beberapa menit, beberapa jam, masih OK. Namun kalau berhari-hari, berbulan-bulan terus dipikirkan sudah pasti akan membuat kita sakit.
Memang penting memikirkan problem hidup. Namun jauh lebih penting kalau bisa "meletakkan' problem itu sebelum kita tidur. Agar esok hari segar kembali untuk mencari jalan keluarnya. *
Sumber: KCM - Sabtu, 07 Januari 2006Labels: Unknown |
posted by .:: me ::. @ 6:50:00 AM
|
|
|
|
:: My Profile :: |
... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...
Join me on
Friendster!
|
:: Wisdom :: |
|
:: Recent Post :: |
|
:: Archives :: |
|
:: Menu :: |
|
:: LETTO Fans Blog :: |
|
:: NIDJIholic Blog :: |
Click Slide Show
|
:: Friends :: |
|
:: Games :: |
| |