|
Follow Your Destiny |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
“Sebuah kapal akan baik – baik saja bila ia tertambat di pelabuhan, tetapi bukan itu tujuan kapal dibuat”
Siapakah anda….? Seekor katak yang terpenjara dalam tempurung..? seekor belalang yang diletakkan dalam kotak, sehingga tidak bisa meloncat tinggi ? seekor ayam yang mencicit kedinginan di bawah pohon ?........ataukah seekor Elang yang menguasai angkasa ?...
Seorang pemenang, adalah mereka yang menyadari kekuatan dirinya, mengembangkannya dengan cara yang tepat, dan pada akhirnya menguasai dunia yang ditakdirkan untuknya. Siapakah anda….?
Suatu hari, seorang petani menemukan sebutir telur dan membawanya pulang ke rumah. Ditaruhnya telur merah itu bersama dengan telur – telur ayam. Saat menetas, ternyata yang menetas bukanlah seekor ayam seperti yang dikira oleh sang petani. Yang menetas ternyata adalah “seekor Elang”. Elang kecil itu memulai hidupnya bersama dengan induk ayam dan anak – anaknya. Dia mengikuti cara – cara hidup ayam. Mengais makanan dari tanah, mencari cacing, masuk ke selokan untuk mencari makanan….dsb.
Suatu hari, seekor Elang dewasa yang sedang terbang rendah melihat si Elang kecil berjalan bersama anak – anak ayam. Si Elang dewasa lalu turun untuk berbicara kepada si Elang kecil. Semua anak ayam dan induknya berlari berhamburan, karena mereka takut kepada si Elang, tidak terkecuali si Elang kecil.
Tetapi…..langkah si Elang kecil dihentikan oleh si Elang dewasa. Si Elang dewasa bertanya “Apa yang kau lakukan disini dengan anak-anak ayam itu..?, kau adalah seekor Elang sepertiku. Disini bukan tempatmu… bukanlah tempat seekor Elang di selokan, mengais-ngais tanah hanya untuk mencari cacing.…tempatmu disana, di angkasa yang terbentang luas, dan rumahmu jauh tinggi diatas sana diantara tebing – tebing. Kau bisa terbang, dan sudah takdirmu untuk kau terbang tinggi bersama Elang-elang lainnya” Si Elang kecil bingung, dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya adalah seekor Elang, “Aku adalah seekor anak ayam seperti yang lainnya, disinilah tempatku bersama anak-anak ayam lainnya. Lihat…aku tidak bisa terbang”.
Si Elang dewasa lalu merengkuh si Elang kecil, mengepakkan sayapnya menuju ke tebing terdekat, lalu berkata “Aku akan mengajarimu terbang ! ”. Si Elang kecil akhirnya menyadari bahwa dirinya bisa terbang, tentu dia butuh waktu untuk belajar supaya dapat terbang. Berkat bantuan sang Elang dewasa, si Elang kecil pada akhirnya menyadari siapa dirinya dan takdirnya. Sejak saat itu, ia tidak pernah lagi kembali ke anak-anak ayam.
Kita semua pada dasarnya dilahirkan sebagai seekor “Elang”, kita bukanlah “anak – anak ayam” yang hanya tinggal didaratan dan mencari makan untuk sekedar dapat bertahan hidup. Kita mempunyai potensi dalam diri kita untuk menjadi sungguh luar biasa bila kita menginginkannya, dan untuk itu kita harus menyadarinya. Kita harus mencari seekor “Elang dewasa” yang telah dapat terbang untuk mengajari kita terbang, hanya dengan begitu seekor Elang bisa dapat terbang.
( The Story Taken From : “The Ladder Of Success” By Walter M Germain )
|
posted by .:: me ::. @ 7:04:00 AM
|
|
|
Belajar Menerima Kekalahan. |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Dalam perjalanan hidup manusia tak akan pernah luput dari kekalahan dan kemenangan. Kekalahan kemenangan ini jangan hanya diartikan sempit terjadi dalam suatu kompetisi atau pertandingan saja, tetapi banyak hal di dalam kehidupan ini dapat diartikan sebagai kekalahan dan kemenangan diri.
Saat kita berhasil lulus kuliah dengan nilai yang baik, kita akan sangat merasa bahagia karena kita pasti akan merasa waktu 4 tahun belajar tidak sia-sia belaka, kita berhasil, kita menang melawan nafsu-nafsu untuk akhirnya mendapatkan nilai yang bagus. Kemenangan diri bisa diartikan kesukseksan yang bisa kita capai.
Lawan dari kemenangan, adalah hal yang terkadang sulit kita terima, yaitu kekalahan. Kekalahan sangat menyakitkan apabila kita sangat berharap dan tidak mendapatkannya, terlebih bila tidak disertai perasaan untuk menerima kekalahan tersebut.
Banyak orang merasa gagal dan tidak memiliki semangat hidup lagi saat menerima kekalahan tersebut. Bahkan terkadang kekalahan ini membawa emosi jiwa yang berlarut-larut dan akhirnya membawa kita dalam keadaan depresi dan merasa sangat tidak berguna.
Frustasi karena putus cinta juga merupakan suatu kekalahan diri, apabila kita tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Kita berharap suatu keadaan bahagia bersama pasangan, kita menerima perasaan cinta pasangan kita, dan suatu hari kita harus sadar kita sudah tidak bersama dia, bahwa dia bukan jodoh kita. Rasanya kenyataan ini begitu pahit, kita tidak bisa menerima kenyataan, dan kita terus dihantui rasa sedih. Bukankan ini berarti kita kalah untuk melawan rasa frustasi tersebut, apabila dibiarkan berlarut-larut?
Dalam kekalahan, bukan selalu berarti kita kalah, kita masih bisa menang, kita masih bisa mencapai keadaan yang kita harapkan, tetapi hal utama bangkit dari kekalahan adalah tekad dan kemauan dalam diri kita, dan juga kerelaan menerima kenyataan bahwa yang kita harapkan tidak selamanya bisa menjadi kenyataan. Inilah dinamika kehidupan. Inilah perjalanan hidup manusia, dimana terkadang kekalahan itu juga memiliki makna yang dalam. Dengan kekalahan, kita diterpa untuk berusaha. Dengan kekalahan, kita dipaksa untuk membuka mata kita terhadap kemenangan orang. Dengan kekalahan, kita belajar untuk menerima dan bersikap rendah hati. Dengan kekalahan, kita diharapkan bangkit. Dengan kekalahan, kita bisa menatap hal-hal indah di sekitar kita.
Hidup ini begitu indah, banyak waktu yang terbuang apabila hanya kekalahan dan kegagalan saja yang dipikirkan. Banyak hal dalam hidup ini yang masih bisa kita capai. Mentari yang akan datang, pasti akan bersinar lebih indah bila kita tatap dengan semangat baru untuk bangkit dari kekalahan ini.
:: 25.07.06 @ 06:45am :: |
posted by .:: me ::. @ 7:04:00 AM
|
|
|
Orang Brengsek Guru Sejati |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Entah apa dan di mana menariknya, Bank Indonesia amat senang mengundang saya untuk menyampaikan presentasi dengan judul Dealing With DifficultPeople.
Yang jelas, ada ratusan staf bank sentral ini yang demikian tertarik dan tekunnya mendengar ocehan saya. Motifnya, apa lagi kalau bukan dengan niat untuk sesegera mungkin jauh dan bebas dari manusia-manusia sulit seperti keras kepala, suka menghina, menang sendiri, tidak mau kerja sama, dll.
Di awal presentasi, hampir semua orang bernafsu sekali untuk membuat manusia sulit jadi baik. Dalam satu hal jelas, mereka yang datang menemui saya menganggap dirinya bukan manusia sulit, dan orang lain di luar sana sebagian adalah manusia sulit.
Namun, begitu mereka saya minta berdiskusi di antara mereka sendiri untuk memecahkan persoalan kontroversial, tidak sedikit yang memamerkan perilaku-perilaku manusia sulit. Bila saya tunjukkan perilaku mereka; seperti keras kepala, menang sendiri, dll dan kemudian saya tanya apakah itu termasuk perilaku manusia sulit, sebagian darimereka hanya tersenyum kecut.
Bertolak dari sinilah, maka sering saya menganjurkan untuk membersihkan kaca mata terlebih dahulu,sebelum melihat orang lain. Dalam banyak kasus, karena kita tidak sadar dengan kotornya kaca mata maka orangpun kelihatan kotor. Dengan kata lain, sebelum menyebut orang lain sulit, yakinlah kalau bukan Anda sendiri yang sulit.
Karena Anda amat keras kepala, maka orang berbeda pendapat sedikit saja pun jadi sulit. Karena Anda amat mudah tersinggung, maka orang yang tersenyum sedikit saja sudah membuat Anda jadi kesal.
Nah, pembicaraan mengenai manusia sulit hanya boleh dibicarakan dalam keadaan kaca mata bersih dan bening. Setelah itu, saya ingin mengajak Anda masuk ke dalam sebuah pemahaman tentang manusia sulit.
Dengan meyakini bahwa setiap orang yang kita temui dalam hidup adalah guru kehidupan, maka guru terbaik kita sebenarnya adalah manusia-manusia super sulit.
Terutama karena beberapa alasan.
Pertama, manusia super sulit sedang mengajari kita dengan menunjukkan betapa menjengkelkannya mereka. Bayangkan, ketika orang-orang ramai menyatukan pendapat, ia mau menang sendiri. Tatkala orang belajar melihat dari segi positif, ia malah mencaci dan menghina orang lain. Semakin sering kita bertemu orang-orang seperti ini, sebenarnya kita sedang semakin diingatkan untuk tidak berperilaku sejelek dan sebrengsek itu.
Saya berterimakasih sekali ke puteri Ibu kost saya yang amat kasar dan suka menghina dulu. Sebab, dari sana saya pernah berjanji untuk tidak mengizinkan putera-puteri saya sekasar dia kelak. Sekarang, bayangan tentang anak kecil yang kasar dan suka menghina, menjadi inspirasi yang amat membantu pendidikan anak-anak di rumah. Sebab, saya pernah merasakan sendiri betapa sakit hati dan tidak enaknya dihina anak kecil.
Kedua, manusia super sulit adalah sparring partner dalam membuat kita jadi orang sabar.
Sebagaimana sering saya ceritakan, badan dan jiwa ini seperti karet.
Pertama ditarik melawan, namun begitu sering ditarik maka ia akan longgar juga. Dengan demikian, semakin sering kita dibuat panas kepala, mengurut-urut dada, atau menarik nafas panjang oleh manusia super sulit, itu berarti kita sedang menarik karet ini ( baca : tubuh dan jiwa ini ) menjadi lebih longgar ( sabar ).
Saya pernah mengajar sekumpulan anak-anak muda yang tidak saja amat pintar, namun juga amat rajin mengkritik. Setiap di depan kelas saya diuji, dimaki bahkan kadang dihujat. Awalnya memang membuat tubuh ini susah tidur. Tetapi lama kelamaan, tubuh ini jadi kebal.
Seorang anggota keluarga yang mengenal latar belakang masa kecil saya, pernah heran dengan cara saya menangani hujatan-hujatan orang lain. Dan gurunya ya itu tadi, manusia-manusia pintar tukang hujat di atas.
Ketiga, manusia super sulit sering mendidik kita jadi pemimpin jempolan. Semakin sering dan semakin banyak kita memimpin dan dipimpin manusia sulit, ia akan menjadi Universitas Kesulitan yang mengagumkan daya kontribusinya. Saya tidak mengecilkan peran sekolah bisnis, tetapi pengalaman memimpin dan dipimpin oleh manusia sulit, sudah terbukti membuat banyak sekali orang menjadi pemimpin jempolan. Rekan saya menjadi jauh lebih asertif setelah dipimpin lama oleh purnawirawan jendral yang amat keras dan diktator.
Keempat, disadari maupun tidak manusia sulit sedang memproduksi kita menjadi orang dewasa. Lihat saja, berhadapan dengan tukang hina tentu saja kita memaksa diri untuk tidak menghina balik. Bertemu dengan orang yang berhobi menjelekkan orang lain tentu membuat kita berefleksi, betapa tidak enaknya dihina orang lain.
Kelima, dengan sedikit rasa dendam yang positif manusia super sulit sebenarnya sedang membuat kita jadi hebat. Di masa kecil, saya termasuk orang yang dibesarkan oleh penghina-penghina saya. Sebab, hinaan mereka membuat saya lari kencang dalam belajar dan berusaha. Dan kemudian, kalau ada kesempatan saya bantu orang-orang yang menghina tadi. Dan betapa besar dan hebatnya diri ini rasanya, kalau berhasil membantu orang yang tadinya menghina kita.
*** Sumber : Orang Brengsek Guru Sejati, oleh : Gede PramaLabels: Gede Prama |
posted by .:: me ::. @ 12:30:00 PM
|
|
|
Menunggu & Kecewa |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Oleh: Gede Prama
ADA perbedaan mencolok antara kumpulan manusia menunggu di sini dibandingkan di negara-negara seperti Jepang, Inggris dan Prancis. Di sini orang menunggu sebagian besar dengan mata agak kosong, tanpa kegiatan apa-apa kecuali duduk atau mondar-mandir. Sedangkan di Inggris sebagai contoh, apa lagi di Jepang, orang menunggu sebagian sambil membaca. Ada semacam ketekunan mengagumkan. Sehingga ketika yang ditunggu datang (entah itu kereta atau pesawat), waktu seperti sangat bersahabat. Ia berlalu lengkap dengan rangkaian makna yang memang dicari. Hanya saja di manapun negaranya, siapapun orangnya, berapapun umurnya, setinggi apapun status sosialnya, sebagian lebih manusia-manusia di abad ini memiliki pekerjaan panjang melelahkan yang tidak mengenal henti dalam hidup: menunggu!
Ada yang menunggu jatuhnya sebuah rezim. Ada yang menunggu giliran naik ke tampuk kekuasaan. Ada yang menunggu bersihnya negeri dari korupsi. Ada yang menunggu anak-anak selesai sekolah dan kemudian bekerja. Ada yang menunggu ujian akhir agar cepat dapat ijazah. Ada yang menunggu jam makan agar segera mulut terpuaskan. Ada yang menunggu agar cepat-cepat sampai di rumah. Ada yang menunggu punya rumah besar dan megah. Ada yang menunggu punya mobil mewah. Pokoknya menunggu, menunggu dan hanya menunggu.
Sehingga dalam totalitas, dari seratus persen waktu hidup manusia mungkin lebih dari 90 persen isinya menunggu. Bagi orang-orang tertentu, menunggu bahkan dibawa sampai ke alam mimpi. Bayangkan, kerap mereka bermimpi menunggu, atau bermimpi sudah sampai. Berbeda dengan menunggu kereta atau pesawat misalnya, kecewa datang dalam frekuensi yang lebih jarang. Bila yang ditunggu sepuluh jadwal kereta, mungkin kurang dari setengahnya saja yang berujung kecewa. Namun mereka yang hanya mengenal menunggu dalam hidup, hampir selalu berujung kecewa.
Lihat saja kumpulan manusia yang disebut rakyat. Ketika sebuah rezim dianggap tidak adil, ia menunggu datang rezim berikutnya. Tatkala rezim berikutnya datang ia membawa bendera kekecewaan. Mereka yang rindu kursi kekuasaan juga serupa. Ada saat giliran itu datang, dan ketika datang yang tersisa hanya rasa serakah yang hambar. Demikian juga dengan orang tua yang menunggu anak-anaknya. Ketika selesai wisuda dan bekerja, anak-anak sibuk dengan kehidupannya sendiri. Orang tuanya menganggap mereka lupa, dan ujung-ujungnya juga kecewa. Mereka yang menunggu rumah megah dan mobil mewah juga serupa. Empuknya suspensi mobil baru hanya terasa sebulan, segarnya udara rumah megah paling lama terasa tiga bulan. Berikutnya, diganti dengan rangkaian hal yang serba biasa dan hambar.
Seorang sahabat di dunia kejernihan pernah bertutur: as soon as the desired objects are obtained, the happiness ends and new desires arise. Begitu sesuatu yang diinginkan diperoleh, kebahagiaannya berakhir dan keinginan baru muncul. Dengan kata lain, setiap garis finish pencaharian menjadi garis start baru untuk pelarian berikutnya yang lebih berat. Bisa dimaklumi kalau kemudian kehidupan berwajah berat, keras, lelah, stress dan sejenisnya. Berefleksi di atas cermin-cermin kehidupan seperti inilah, maka sejumlah pejalan kaki di jalan-jalan kejernihan dengan penuh keberanian menghentikan kegiatan menunggu. Untuk kemudian berkonsentrasi pada masa kini. Mungkin layak diendapkan, kalau salah satu diantara pejalan kaki ini pernah berucap: 'satu-satunya hidup yang rill dan hidup adalah hari ini. Masa lalu sudah mati, masa depan belum datang'.
Memang ada benarnya sahabat yang menyebut kalau masa depan disiapkan di hari ini. Cuma, bila begitu sampai kebahagiaannya hilang digantikan oleh keinginan yang baru, kesia-siaan hanya bisa dihindari kalau berkonsentrasi di hari ini. Seorang penulis di jalan-jalan kejernihan bernama Eckhart Tolle dalam The Power of NOW, bahkan berani berspekulasi : "authentic human power is found by surrendering to the Now".
Tidak saja kegiatan menunggu yang berhenti, tidak saja kecewa yang berkurang, bahkan kekuatan otentik manusia bisa ditemukan ketika manusia ikhlas total pada masa kini. Di bagian lain Tolle menulis : it is here we find our joy, are able to embrace our true self. It is here we discover that we are already complete and perfect. Di sini di hari ini, kita bisa berpelukan dengan diri kita yang sebenarnya. Di tempat yang sama juga kita bisa merasakan betapa kita sudah lengkap dan sempurna. Siapapun manusianya, ketika sudah berani melangkah yakin ke hari ini, berpelukan dengannya, apa lagi menemukan kesempurnaan di sana, itulah tanda-tanda kalau kita mulai keluar dari lingkaran menunggu dan kecewa.
Di sebuah kesempatan, ada seorang pengemis yang duduk tidak pernah berpindah selama puluhan tahun. Ia mengemis di tempat itu terus. Seorang pejalan kaki memperhatikannya sambil bertanya : 'ápa yang dicari di sini terus menerus?'. Dengan tenang pengemisnya menjawab : tidak mencari apa-apa. Heran dengan jawaban seperti itu, orang asing tadi membuka paksa kotak pengemis tadi. Dan ternyata di tengahnya berisi emas dan berlian.
Cerita ini memang hanya kiasan. Orang lain memang tidak bisa memberi apa-apa sehingga tidak perlu diminta dan ditagih. Dan di hari ini di dalam sini, sebuah tempat yang sering kita lupakan dan tinggalkan melalui kegiatan menunggu dan kecewa, di sanalah emas dan berliannya berada. Adakah sahabat yang pernah menemukan emas dan berlian di sana?
|
posted by .:: me ::. @ 6:47:00 AM
|
|
|
Belajar dari Ang Lee |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
"Keberuntungan mungkin akhirnya datang bagi yang menunggu. Tetapi hal itu adalah sisa yang ditinggalkan oleh mereka yang telah mengejarnya terlebih dahulu." --- Abraham Lincoln
Sosok Ang Lee, pria kelahiran Taiwan, 3 Oktober 1954, lebih tepat menggambarkan orang yang tidak ingin mendapatkan sisa keberuntungan dari orang lain. Upayanya harus menghadapi tantangan sulit sebelum berhasil menjadi seorang Asia pertama yang dianugerahi sebagai sutradara terbaik dalam ajang Oscar Academy Award pada tanggal 5 Maret 2006. Kita dapat belajar dari perjuangan Ang Lee, bagaimana ia mengejar keberuntungannya itu.
Sekilas tentang Ang Lee di negeri asalnya, Taiwan, semasa masih sekolah setingkat SMU ia pernah gagal ujian dua kali. Kegagalan tersebut benar-benar mempengaruhi semangat Ang Lee pada masa-masa berikutnya. Selepas menyelesaikan pendidikan tersebut Ang Lee menempuh pendidikan seni di National Taiwan College of Art. Pada tahun 1975, ia berhasil menyelesaikan pendidikan di sana.
Menyadari bakatnya di bidang seni, Ang Lee berimigrasi ke Amerika Serikat lalu melanjutkan pendidikan ke University of Illinois, USA, jurusan seni drama. Langkah Ang Lee menempuh pendidikan seni pembuatan film di New York University menunjukkan sikap Ang Lee yang konsisten. Ilmu seni drama dari University of Illinois, USA, berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan yang ia dalami di New York University.
Pada tahun 1984, bakat Ang Lee yang sangat potensial di bidang seni mulai bersinar ketika ia menampilkan sebuah karya tulis berupa drama berdurasi 43 menit. Drama berjudul Fine Line itu benar-benar menyedot perhatian pemirsa dan kekaguman para juri. Tak diragukan lagi, karya Ang Lee tersebut mendapat predikat film dan sutradara terbaik dari New York University.
Sejak saat itu bakat dan kemampuan Ang Lee di bidang seni perfilman di Amerika sudah mengagumkan. Tetapi ia ingin mengangkat kisah kehidupan masyarakat Tionghoa ke layar lebar. Untuk itu ia memboyong keluarganya kembali ke Taiwan pada tahun 1986.
Setiba di Taiwan, tak satupun yang bisa ia lakukan, kecuali menganggur selama enam tahun. Sementara istrinya, Jane Lin, bekerja untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga sebagai seorang tenaga ahli biologi. Diceritakan bagaimana Jane Lin berusaha bersabar meskipun kehidupan ekonomi mereka sangat menderita. "Bukan salahnya (Ang Lee). Orangnya baik, hanya tidak dapat pekerjaan saja, " ujar Lin bijaksana.
Meskipun belum mendapatkan kesempatan kerja, Ang Lee tidak tinggal diam. Ia terus mengasah kreatifitas dengan menulis naskah-naskah film, karena ia yakin akan kemampuannya di bidang tersebut. Tak mengherankan jika Ang Lee sudah siap dengan karyanya ketika pemerintahan Taiwan saat itu mengumumkan sebuah ajang kompetisi di bidang perfilman. Pada kompetisi yang diadakan pada tahun 1991 itu, Ang Lee mengirimkan karyanya berjudul Pushing Hands.
Dalam ajang tersebut karya Ang Lee tak tertandingi oleh yang lain, alias mendapatkan penghargaan sebagai karya terbaik. Sementara dalam The Golden Horse Film Festival di Taiwan, Pushing Hands, mendapatkan penghargaan dalam kategori aktris dan aktor terbaik. Sementara dalam Festival Film Asia – Pasifik di Hong Kong, Pushing Hands mendapatkan predikat Jury's Special Award.
Sejak saat itu karir Ang Lee di dunia perfilman internasional mulai bersinar. Film-film yang ia sutradarai menjadi terkenal dan diterima baik oleh masyarakat internasional, terutama para penonton di Asia. Beberapa film tersebut adalah The Wedding Banques (1992), Eat Drink Man Wowen (1994), Sense & Sensibility (1995), dan The Ice Storm (1997), dan Ride with the Devil (1999).
Pada tahun 2000, film-film arahannya semakin mendapatkan perhatian penonton di seluruh dunia. Terbukti karya Ang Lee berjudul Crouching Tiger, Hidden Dragon yang dibintangi aktris Asia ternama yaitu Chow Yun Fat (Hong kong), Michelle Yeoh (Malaysia) dan Zhang Ziyi (China) itu mendapatkan predikat 16 British Academy Award Nominee dan 14 Oscar Academy Award Nominess. Crouching Tiger, Hidden Dragon mendapatkan 4 penghargaan, termasuk sebagai film berbahasa asing terbaik (The Best Foreign Language Film) dalam Piala Oscar, dan sebagai film dengan sutradara terbaik (Best Director) dalam Golden Globes.
Meski nama Ang Lee di dunia perfilman sebagai sutradara kian melambung, tetapi tak menjamin karirnya terus menanjak. Hasil dari upaya Lee mengangkat cerita komik The Hulk (2003) ke layar lebar tak seperti yang ia harapkan. Lee hampir putus asa, tetapi berkat motivasi ayahnya ia kembali berkomitmen membangun keberhasilan di bidang perfilman.
Kemudian Lee berusaha meningkatkan kemampuannya. Lalu ia mengangkat kisah asmara sepasang homo tulisan E. Annie Proulx ke layar lebar dengan judul Brokeback Mountain. Karya Lee itu mendapatkan respon yang sangat fantastis di dunia perfilman Amerika dan Eropa. Brokeback Mountain memborong 4 penghargaan sekaligus dalam ajang Oscar Academy Awards, dua diantaranya adalah Best Director dan Best Screenplay. Sementara dalam ajang British Academy Awards (BAFTAs), karya Lee tersebut menyabet penghargaan sebagai film dengan sutradara terbaik.
Brokeback Mountain dianggap sebagai karya spektakuler yang mampu menembus batas-batas antarbudaya. Dikatakan dalam sebuah majalah ternama, Time, bahwa Lee merupakan salah satu diantara 100 orang penentu dunia. "Saya tahu ia menciptakan sebuah pengaruh besar dalam hidup para pembuat film dan aktor yang lebih muda, " ungkap seorang aktris China, Zhang Ziyi (pemeran film Memoirs of A Geisha), dalam majalah tersebut.
Prestasi Ang Lee yang spektakuler dan berpengaruh itu penuh dengan pelajaran berharga bagi kita. Sikap yang penuh semangat, konsisten, berkomitmen kuat merupakan modal dasar keberhasilan Ang Lee. Selain itu, ia tidak mudah puas atas keberhasilannya. Kemauan Ang Lee yang terus meningkatkan kemampuan dan prestasi adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan hanya dimiliki orang-orang sukses. Itulah hal-hal terpenting yang harus kita perhatikan untuk menjadi sutradara terbaik seperti Ang Lee, setidaknya menjadi sutradara yang sukses bagi kehidupan kita sendiri.
Sumber: Belajar dari Ang Lee oleh Andrew Ho. Andrew Ho adalah seorang motivator, pengusaha, dan penulis buku best seller. Ia baru saja meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Life is Wonderful (Kiss Publishing, 2006).
|
posted by .:: me ::. @ 6:37:00 AM
|
|
|
Jadilah Pelita |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita. Orang buta itu terbahak berkata: "Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok."
Dengan lembut sahabatnya menjawab, "Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu." Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, "Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!" Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta bertambah marah, "Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!" Pejalan itu menukas, "Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!" Si buta tertegun.. Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, "Oh, maaf, sayalah yang 'buta', saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta." Si buta tersipu menjawab, "Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya." Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, "Maaf, apakah pelita saya padam?" Penabraknya menjawab, "Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama." Senyap sejenak. secara berbarengan mereka bertanya, "Apakah Anda orang buta?" Secara serempak pun mereka menjawab, "Iya.," sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran dalam benak orang ini, "Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka."
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan "pulang", ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk "membuta" walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.
Sumber: Unknown
|
posted by .:: me ::. @ 5:13:00 PM
|
|
|
|
:: My Profile :: |
... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...
Join me on
Friendster!
|
:: Wisdom :: |
|
:: Recent Post :: |
|
:: Archives :: |
|
:: Menu :: |
|
:: LETTO Fans Blog :: |
|
:: NIDJIholic Blog :: |
Click Slide Show
|
:: Friends :: |
|
:: Games :: |
| |