|
Perang Melawan Diri Sendiri |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Dalam hidup ini, sukses tidaknya kita, bahagia tidaknya kita, adalah kita sendiri yang akan menentukannya.
Kalau kita membiarkan hidup dikuasai kekhawatiran, membiarkan hidup dikendalikan ketakutan, membiarkan hidup dibayangi kelemahan-kelemahan dalam diri, membiarkan hidup dikuasai kekurangan dalam diri, itu adalah sebuah kebodohan. Kalau kita membiarkan hidup dikuasai ego dan nafsu pribadi, itu sebuah kerugian.
Hiduplah dengan hati yang lurus. Berhati lurus artinya adalah menjaga hati dan pikiran agar tidak mudah goyah oleh godaan. Jangan menjadi manusia yang berkepribadian lemah dan berjiwa rapuh. Mereka yang demikian akan mudah tergoda pada kesenangan duniawi sesaat dengan mengabaikan suara hatinya. Mata tergoda melihat benda-benda yang indah, telinga tergoda mendengar suara-suara yang merdu, dan lidah tergoda hanya mau mencicipi makanan yang lezat. Akhirnya tubuh menjadi manja, dan pikiran mengembara ke mana-mana tanpa dapat dikendalikan.
Orang bijak mengatakan bahwa perang yang tidak ada habisnya adalah perang melawan diri sendiri, perang mengalahkan ego dan nafsu dalam diri. Musuh yang paling sulit ditaklukkan adalah diri sendiri. Karena itu kita harus menjaga keseimbangan hati dan pikiran kita. Hindari pikiran yang menyesatkan, karena nantinya akan menimbulkan malapetaka bagi diri sendiri.
Hati yang bercabang ibarat kuda yang lepas dari kendali. Kalau di dalam hati kita masih ada benih-benih keserakahan, kebencian, iri hati dan dengki, ego yang tinggi, kemalasan, sebaiknya segera cabut dari dalam hati kita. Apabila masih ada rasa malas berbuat kebaikan, takut mengalahkan kelemahan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
Bila kita ingin menuai benih kesuksesan dan kebahagiaan, taburlah dari sekarang ini benih-benih kebaikan. Mulailah dengan menanam bibit-bibit kebaikan, mencabuti rumput-rumput ketamakan, kebencian, iri hati. Kemudian peliharalah dengan mengairinya melalui ketabahan dan kemurahan hati, serta menyuburkannya dengan memberi pupuk perilaku akhlak mulia dan berakal budi.
Dengan begitu, sudah sepantasnya kita mengharapkan akan menikmati hasil panen yang memuaskan. Sudah sepantasnya kita mengharpakan hasil keberhasilan dan kebahagiaan.
Oleh: Eko Jalu Santoso
Labels: Eko Jalu Santoso |
posted by .:: me ::. @ 9:21:00 PM |
|
|
|
:: My Profile :: |
... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...
Join me on
Friendster!
|
:: Wisdom :: |
|
:: Recent Post :: |
|
:: Archives :: |
|
:: Menu :: |
|
:: LETTO Fans Blog :: |
|
:: NIDJIholic Blog :: |
Click Slide Show
|
:: Friends :: |
|
:: Games :: |
| |