:: Sponsored ::


:: Statistic ::


Web Page Counter
Since 25.01.2006
Since 17.Aug.2005

visitor online

:: MP3 Player ::
Tam's MP3 Player
:: Tam's IndoHitz ::
:: Quotation ::
:: Blog Map ::
My Location
:: The Story ::


Berada di Sini, Saat Ini
<$BlogDateHeaderDate$>
Oleh : Arvan Pradiansyah

Dua astronot mendapatkan tugas melakukan penelitian di bulan. Ketika kembali ke bumi, salah seorang di antaranya menceritakan bagaimana ia harus menekan naluri seninya ketika sampai di sana.

Ia ingat ketika ia melihat kembali ke bumi dan tertegun oleh pemandangan itu. Beberapa saat ia berdiri terpaku dan berpikir, “Bukan main, sungguh indah!”

Namun, kawannya segera menyadarkannya dan berkata, “Jangan buang-buang waktu. Mari segera mengumpulkan batu!”

Cerita tadi sebenarnya menggambarkan apa yang kita alami sebagai manusia modern. Kita harus berpikir cepat dan bergerak cepat, bahkan kadang kita bergerak tanpa banyak berpikir. Moto kita adalah “lebih cepat, lebih murah, lebih baik”. Karena itu, berpikir, belajar, merenung, berkontemplasi dan rekreasi sering dianggap sebagai kegiatan yang menghabiskan waktu dan tidak produktif.

Hal ini akan menjadi berlipat ganda bagi para pengusaha, mereka yang terlibat dalam bisnis inti serta mereka yang menangani penjualan. Bisnis memang sering membuat kita berorientasi pada kegiatan. Kita berusaha sedapat mungkin supaya jangan ada sedikit pun waktu terbuang tanpa melakukan kegiatan. Kita terus berjalan, bergerak, mencari peluang, menembus pasar, mengalahkan pesaing dengan kecepatan yang bertambah dari hari ke hari.

Apakah semua itu memberikan hasil yang kita inginkan? Secara jangka pendek, mungkin ya. Namun, secara jangka panjang, Anda harus membayar harganya sangat mahal. Beberapa di antara Anda barangkali akan membantah keras pernyataan saya ini. Namun tunggu dulu, saya jelaskan apa yang saya maksud.

Harga pertama yang harus kita bayar adalah berkurangnya kemampuan kreativitas dan inovasi. Ini risiko yang terkait langsung dengan kegiatan bisnis itu sendiri. Kegiatan bisnis yang bertubi-tubi telah menyandera pemikiran kita. Kita jadi lupa meluangkan waktu sejenak untuk berpikir dan merefleksikan tindakan kita. Kita akhirnya hanya menjadi robot dari target-target kita. Kita hanya melakukan business as usual. Benar, kita menjadi sangat tangguh, disiplin dan memiliki motivasi yang tinggi. Akan tetapi, lama- kelamaan produk kita menjadi aus dan ketinggalan zaman. Makin cepat tidaklah akan menjadi makin baik kalau kita bergerak ke arah yang salah. Bisnis sering hanya memikirkan jam dan lupa memikirkan kompas.

Harga kedua yang harus Anda bayar adalah berkurangnya kebahagiaan dan kenikmatan dalam hidup Anda. Padahal, apa yang Anda cari di dunia ini: pekerjaan ataukah kebahagiaan? Di sini juga ada rumus menarik. Sementara bisnis identik dengan kecepatan, kebahagiaan justru identik dengan kelambatan. Jangan salah, yang dimaksud bukanlah kelambatan yang berarti lamban, lelet atau telmi. Kelambatan di sini adalah sikap hidup yang mantap, penuh dan tidak tergesa-gesa. Kelambatan adalah sesuatu yang sangat bermakna spiritual dan berkaitan dengan kebahagiaan hidup.

Agar bisa berbahagia, yang harus kita lakukan sebenarnya bukanlah berjalan lebih cepat, tapi justru berjalan lebih lambat. Di kantor-kantor yang sangat sibuk sekarang sudah ada kebiasaan melakukan lunch meeting, yaitu makan siang sambil rapat. Pertanyaannya, dapatkah mereka menikmati makan siang? Boleh saja Anda mengatakan bahwa yang penting perut Anda sudah terisi, tapi sebetulnya Anda kehilangan kenikmatannya. Yang Anda lakukan bukanlah menikmati makan siang, melainkan hanya menelan makanan.

source: swa


Labels:

posted by .:: me ::. @ 10:25:00 AM   0 comments
:: My Profile ::

... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...




Join me on Friendster!

Chat 

With Me
:: Wisdom ::

When we succeed, we are thankful. When we fail, we are also thankful.
The happiness and wealth are in the thankful attitude itself.
[Saat sukses kita bersyukur. Saat gagalpun kita bersyukur.
Sesungguhnya kebagiaan dan kekayaan sejati ada pada rasa bersyukur.]"

Love and attention is power! If all us are willing to share love and attention towards people arounds us, then life will be happier and more meaningfull.
(Cinta dan perhatian adalah kekuatan! Jika setiap hari kita mau memberikan cinta dan perhatian kepada orang-orang di sekeliling kita hidup akan lebih bermakna).

Terkadang manusia terlebih dahulu tenggelam dalam keputusasaannya.
Dengan emosinya mereka mengatakan bahwa masalah yang mereka hadapi sangatlah berat.
Sesungguhnya jika mereka yakin dengan usaha mereka, niscaya Tuhan pasti menjawabnya.

Salah satu cara yang paling efektif untuk memperbaiki diri adalah dengan mengingat dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Karena mungkin saja kesempitan yang dialami saat ini adalah buah dari kesalahan masa lalu dan kita belum memohonkan ampun kepada Allah.

The future is not a result of choices among alternative paths offered by the present, but a place that is created – created first in the mind and will, created next in activity.
The future is not some place we are going to, but one we are creating. The paths are not to be found, but made, and the activity of making them, changes both the maker and the destination.[John Schaar].
:: Recent Post ::
:: Archives ::
:: Menu ::
:: LETTO Fans Blog ::
:: NIDJIholic Blog ::

Click Slide Show
:: Friends ::
:: Games ::
:: Powered By ::

BLOGGER
2006, Ver. 4.0, Design by: Tamtomo~ Email: TamtomoMail~ Please Send Your Comment About Our Blog