|
Pakde & Payungnya |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
PANGGIL saja Pakde. Usia 86 tahun, tapi tubuh seperti 60-an tahun. Perawakan sedang, gigi masih sanggup mengunyah jagung, dan rambut belum putih walau tak mengenal hair tonic. Alamiah. ''Saya masih suka nyangkul, wong petani,'' katanya. Keseharian dia memang di kebun kopi, jagung, dan kebun singkong.
Kini, dia menetap di Lampung Utara. Ia hijrah dari Jakarta 40 tahun lalu. Alasannya, ''Jakarta dijejali oleh orang yang penuh rekayasa.'' Semua hal dipolitisir. Mulut sulit dipegang karena hati tidak pernah tulus. Tak sedikit yang senang mengagung-agungkan diri, dan seolah diri sendiri paling benar, serta gila pujian. Padahal, bagusnya hati itu bukan karena harta, bukan pakaian, juga bukan dari rupa. Banyak orang ingin mengangkangi apa saja. Serba berpamrih. Sementara itu, etika bersopan santun makin minim.
''Bahkan, pembantu pun lebih galak ketimbang juragan,'' ujar istri Pakde. Sepertinya, semua orang tercipta untuk mudah sinis. Kesimpulan dia, ''Jakarta menyenangkan tapi tidak membuat diri tenteram.'' Pakde mengamini. Namun, secara umum, Pakde menyimpulkan bahwa manusia di bumi ini bukannya berlomba untuk jadi pinter, melainkan malah minteri, membodohi orang lain. Selain itu, mereka mulai cenderung mengotak-ngotak, termasuk pengelompokan agama dan suku. Buntutnya, hati dan otak tercemar kebusukan.Segala ihwal sepertinya menjurus pada penyesatan. Dan, yang muncul di otak adalah pemenuhan nafsu duniawi.
''Itu pendapat saya, yang cuma berpendidikan kelas II sekolah rakyat,'' ujar Pakde. Ia dilarang melanjutkan sekolah karena, ''Saya bukan dari keluarga ningrat atau pamong.''Di mata Pakde, kini banyak orang yang berkesadaran rumongso biso (merasa bisa) dan bukannya biso rumongso (bisa merasakan). Akibatnya, biarpun rakyat lapar dan ratusan balita kurang gizi, hati tidak tergerak, dan malah sibuk menggendutkan perut sendiri. Maka, tak berlebihan jika Pakde menyebut, ''Jakarta sudah terkontaminasi.''
Dan, karena itu, dia hijrah. Awalnya jadi kuli angkut di Pelabuhan Panjang, lalu bertani. Waktu itu, bumi Lampung masih langka penduduk. Tanah tinggal mematok sesuai kesanggupan mengolah. Belasan hektare lahan dikuasai, diolah, dan ditanami. Pakde merintis kampung baru. Waktu itu, para pendatang yang baru krekel-krekel menyambung hidup dibuatkan rumah oleh dia. Soal makan? ''Asal mau makan seadanya, silakan tinggal bersama saya,'' kata Pakde. Menu tetapnya: singkong atau jagung plus lauk daun singkong.Ternyata, tanah olahan itu tak sepi dari masalah. Lahan seluas 200 hektere lebih yang digarap warga bertahun-tahun diakui sebagai milik yayasan pensiunan pejabat. Maka, kala rakyat memanen hasil kebun mereka, serombongan aparat bersenjata merampasnya. Tembakan dihamburkan ke udara. Warga kalang kabut, ketakutan, dan ngumpet. Timah panas memang suka cari sasaran. Melihat kesewenang-wenangan ini, hati Pakde kemropok.
Ini bukan zaman penindasan yang main kuasa dan senjata. ''Kalian ini mau merampok hasil kebun rakyat atau memasalahkan tanah,'' gertak Pakde. Tiada yang menyahut.Maka, lanjut Pakde, ''Jika mau merampas hasil bumi rakyat, tembak dulu saya.'' Ia siap jadi tumbal. Tapi, jika mau menyoal tanah, pengadilan tempatnya. Memang, keabsahan siapa pemilik lahan tersebut tengah digulirkan di pengadilan. Aparat ciut. Mereka meninggalkan hasil kebun yang dirampas. Akhirnya, di pengadilan, rakyat dimenangkan.
Wong cilik pun bisa gemuyu. Sebagai ungkapan terima kasih, Pakde akan dibuatkan rumah. Namun dia menolak. Alasannya, perjuangan memenangkan sengketa -tanpa pengacara- itu dilakukan secara ikhlas.Justru setelah kemenangan itu, rumah dan kebun Pakde dibagi-bagikan pada masyarakat yang membutuhkan. Dulu, di Jakarta pun tanah dia ditinggal begitu saja, prung, tanpa penyesalan. ''Saya memang tidak punya harta, tapi memiliki dunia,'' katanya.Itulah Pakde. Ia melangkah lebih berdasar nurani, kendati keluarga merasa disusahkan.
Saat hijrah ke Lampung Utara, misalnya, dia hanya berbekal Rp 50.000. Padahal, anak bungsunya yang kini di kelas II SMP masih berusia dua bulan. Sehari-hari, anak-istri hanya diberi makan singkong. ''Yang mengherankan, kok, bisa sehat,'' ujar istri Pakde.Menjadi sehat itu, kata Pakde, ''Ada di dalam diri sendiri.'' Pikiran dan nalar harus diupayakan lurus, senang, dan jangan neko-neko. Selain itu, ''Kalau tidak punya, ya, mencari. Tidak punya beras, ya,nyari beras. Tidak punya lauk, ya, cari lauk. Manusia dibekali otak dan kemauan untuk digerakkan,'' katanya.
Namun prinsip hidup yang tidak terlupakan yang merupakan amanah kakek Pakde, yang mangkat pada usia di atas 150 tahun, adalah, ''Kamu harus bisa jadi 'payung'. Yang butuh pertolongan, tolonglah. Jika ada yang sakit, obatilah. Hidup itu untuk mengasihi. Jangan mementingkan ego sendiri. Ingat, di dunia itu sak dermo mampir ngombe, hanya sementara!''
Untuk memahami hidup itu, kata Pakde, ''Kita harus bisa membaca diri. Kita dihidupkan oleh siapa? Dan, mutlak nanti akan pulang kepada-Nya,entah kapan. Tapi, sudah cukup 'bekal' apa belum? Selain itu, saya mau nanya, 'jalan pulang' itu lewat mana, supaya tidak kesasar. Ibarat rumah, pasti ada pintunya,'' kata Pakde seperti berteka-teki.
Saya diam, merenung, tafakur, namun belum juga menemukan jawaban. Mungkin saya perlu menjadi ''payung'' agar bisa ikut mamayu hayuning bawana, memperelok keindahan dunia. Atau, jangan-jangan tidak perlu dijawab, karena Allah lebih dekat dari urat leher kita masing-masing.
|
posted by .:: me ::. @ 6:58:00 AM
|
|
|
Maximize Yourself |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Bagi anda pecinta basket, saya kira sudah sangat paham betul aturan permainan di dalamnya. Untuk mendapat 3 point dalam satu kali lemparan, sang pemain harus melempar di luar garis 3 point yang ada. Logikanya pemain tersebut harus melempar lebih kuat jika ingin memasukkan bola ke dalam keranjang dibandingkan dia ada di dalam garis tersebut. Contoh lain adalah pemain golf, apabila dia ingin memasukkan bola ke dalam hole yang letaknya lebih jauh maka otomatis dia harus mengayunkan stick golfnya lebih kencang.
Hal serupa terjadi dalam hidup anda, jika ingin mendapat hasil yang optimal sesuai harapan anda, maka konsekuensinya anda harus mau dan mampu memaksimalkan kemampuan anda. Banyak orang memiliki perspektif yang salah, di mana mereka mau mendapat hasil yang maksimal tapi enggan untuk memaksimalkan potensi dirinya sendiri. Saya ingat sebuah pepatah mengatakan “Apa yang kau tanam itulah yang akan kau tuai” Sangatlah adil memang jika anda mengeluarkan usaha yang begitu minim, maka mendapat hasil yang minim pula. Usaha yang dikeluarkan sangat maksimal, maka hasilnya pun akan maksimal.
Maksimal yang seperti apa yang seharusnya dilakukan? Apakah harus bekerja terus menerus sampai anda kelelahan? Atau kerja keras tanpa menghiraukan waktu? Setiap orang mungkin memiliki pandangan yang berbeda dan sah-sah saja, tapi salah satu yang cukup efektif untuk dilakukan adalah memaksimalkan potensi diri khususnya talent (bakat) yang anda miliki.
Setiap manusia diciptakan Tuhan memiliki talent yang berbeda, ada yang mahir dalam dunia musik, pandai dalam ilmu eksakta, paham dengan dunia programing, mahir dalam olahraga, atau bidang lainnya. Tidak ada manusia diciptakan tidak memiliki sebuah talent, jika ada yang mengatakan “Saya tidak memiliki talent” maka orang tersebut bukannya tidak ada melainkan belum mencari dan menggali lebih dalam.
Anda harus mengidentifikasi sendiri apa yang menjadi kegemaran anda, dan pada bidang apa anda merasa dapat lebih maksimal dibandingkan dengan bidang yang lain. Jika anda sudah menemukan, mulailah untuk dikembangkan dan dimaksimalkan. Tidak ada manusia yang diciptakan memiliki talent yang lebih dibanding yang lain, tidak ada talent yang porsinya lebih besar di antara manusia.
Menurut saya semua hal tersebut diberikan dalam ukuran yang sama. Yang membedakan adalah apakah anda mau memperbesar dan memaksimalkan talent anda tersebut atau hanya membiarkannya saja. Deretan orang sukses dibidangnya masing-masing seperti Bill Gates, Beethoven, Michael Jordan, bukan semata-mata karena mereka memiliki talent lebih dari anda, tapi mereka mau memaksimalkan talent tersebut.
Saya pernah membaca sebuah artikel yang menggambarkan sebuah perumpamaan seperti ini: bayangkan sebuah kolam air yang tenang, jika anda ingin membuat gelombang di antaranya anda harus melemparkan batu yang cukup besar ke dalamnya. Apabila kerikil yang anda lempar maka gelombang yang dihasilkanpun kecil. Membentuk Batu besar atau batu kerikil tergantung dari anda apakah mau memaksimalkan potensi anda menjadi sebuah batu besar atau cukup dengan kerikil saja.
Jika anda mau menciptakan gelombang yang lebih besar dalam hidup anda, anda tahu batu mana yang diperlukan.
You will never grow if you never maximize yourself. |
posted by .:: me ::. @ 6:07:00 PM
|
|
|
Kisah Pedati |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Laju mobilku terpaksa melambat, karena di depanku ada pedati (orang setempat menyebutnya cikar) yang ditarik oleh sapi. Pedati tersebut membawa bambu petung (bambu jenis besar) yang memenuhi isi gerobak, sampai-sampai sang kusir mengendarai laju pedati dikolong sambil berbaring diantara roda-roda, begitulah sulitnya mencari rupiah sehingga melupakan keamanan berkendara. Pedati itu aku jumpai di kota Mojokerto-Jawa Timur, menurut informasi bambu tersebut akan di kirim ke Ibukota Jawa Timur. Jauhnya jarak antara Mojokerto – Surabaya bukanlah halangan bagi sang kusir untuk mengais rejeki halal. "Alon-alon asal kelakon" biar lambat asal sampai tujuan ucap sang kusir.
Di Jakarta tidak seperti di Surabaya, pengiriman bambu biasanya menggunakan getek, caranya bambu-bambu dirakit menjadi getek. Pemandangan seperti itu bisa disaksikan di kali Ciliwung, yang mengirimkan bambu dari Bogor atau Depok.
Pedati di dunia spiritual; Pedati adalah lambang ahlak yang bertujuan untuk merubah transformasi jiwa, dari yang dikungkung dengan nafsu amarah menjadi berahlak mulia. Perumpamaannya, pedati itu adalah tubuh manusia, maka nafsu dilambangkan dengan sapi sebagai pendorongnya. Sang Kusir adalah lambang akal fikiran yang bertugas untuk mengarahkan ke suatu tujuan, sementara itu hati adalah penumpangnya, yang memiliki tujuan dalam hidup ini. Untuk menggapai-Nya, maka antara indra, nafsu dan akal perlu bekerja sama yang harmoni.
Ibarat pedati, pelan-pelan akan sampai tujuan, demikian juga perjalanan hidup kita yang pelan-pelan dimakan waktu dan perubahan, kelak tak bisa dipungkiri akan berakhir juga kembali ke hadiratNya. Antara Sapi (pendorong), dengan Sang Kusir, berikut tumpangannya akan merasakan misi yang sama - yang satu – yaitu keharmonian. Dengan mengekang nafsu (amarah), memaksakannya dan mengembalikannya ke batas yang seharusnya, akan menghasilkan sifat : Berani, dermawan, suka menolong, sabar, mengekang nafsu, sabar, penyantun, pemaaf, cerdik, berjiwa besar dan lain-lain.
Sudah banyak alat-alat kosmetik untuk wajah, tapi tidak ada alat kosmetik untuk hati, selayaknya kita perlakukan sama antara hati dengan wajah. Wajah yang senantiasa dilihat oleh mahluk hidup dan hati yang dilihat oleh Tuhan. Wajar sekali kalau hati kita sekali-kali dilirik, diberi kosmetik 'milk-cleanser' dengan sifat kedermawanan, pemaaf, dan "heart-tonic" kesabaran dan lain-lain, sehingga bersemayam kedamaian di sana.
Pedati masih jalan gontai, tapi jalan Mojokerto-Surabaya itu lurus, sehingga sang kusir sambil berbaring tetap menjalankan kendaraanya. Kendaraan di depan sudah mulai kosong, saatnya aku menyalip menuju Kota Pahlawan. Sopirku, berseloroh katanya biasanya sang kusir juga tiduran, sapi-sapi penarik itu sudah tahu jalan mana yang dituju. Yang ini kebenarannya aku masih ragu untuk mempercayainya... |
posted by .:: me ::. @ 7:03:00 AM
|
|
|
Positive Habit Development ! |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Masih ingatkah anda saat pertama kali belajar mengendarai motor atau mobil ? Pada awalnya memang begitu sulit, dan belum terbiasa. Anda mungkin harus terus memikirkan sudah gigi berapa ya motor saya, sudah dekat lampu merah maka harus rem, melihat lampu spion jika ingin masuk jalur kanan atau kiri. Semua hal diatas masih dilakukan atas perintah otak kita. Tapi seiring berjalan waktu dan tiap hari harus mengendarainya maka dengan sendirinya hal tersebut menjadi sebuah habit(kebiasaan).
Ayah saya selalu mengatakan bisa dan biasa adalah dua hal yang berbeda. Anda mengatakan bisa mengendarai motor, tapi mungkin anda tidak terbiasa dengannya. Tapi jika anda biasa mengendarai motor otomatis anda bisa. Hal yang perlu dikembangkan dalam hidup anda adalah habit-habit yang positif untuk mendapatkan hasil yang positif .
Catherine Levison (Book Author and Presenter to parenting and educational audiences) dalam artikelnya "The Power of Habit" mengatakan Habit merupakan salah satu dari sekian banyak elemen yang dapat menentukan kesuksesan anda. Anda harus mampu mengidentifikasi mana yang good habit dan mana yang bad habit. Sebagai contoh, bayangkan apabila anda lebih memilih tidur sepanjang hari tanpa melakukan apa-apa, coba analisa apa pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada studi anda, pekerjaan anda, dan masa depan anda. Jika disadari bahwa hal tersebut tidak memberi kontribusi yang positif untuk anda dan orang lain, maka sikap perubahan ke habit yang baru harus mulai dilakukan. Mengubah kebiasaan memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa. Catherine mengatakan membentuk habit baru membutuhkan kurang lebih 6 minggu selama anda benar-benar konsisten menjalankannya.
Habit adalah sesuatu yang tidak dapat anda lihat secara fisik tapi dapat anda rasakan dampaknya bagi kehidupan anda. Habit dibentuk ketika anda terus menerus mengulang suatu aktivitas sampai anda menjadi terbiasa. Menciptakan good habit dapat memberikan perbedaan yang signifikan dalam hidup anda, mulai dari hal yang sangat kecil seperti menjadwalkan kegiatan rutin anda maka lama kelamaan anda terbiasa dengan hidup yang teratur.
Banyak orang mengatakan saya sudah mencoba untuk mengubah kebiasaan buruk saya, tapi saya tidak bisa. Permasalahannya adalah bukan karena anda sudah coba atau tidak, tapi sudah berapa kali anda berusaha dan mencoba untuk mengubah habit itu. Segala sesuatunya harus dimulai dari tekad anda dan komitmen yang kuat untuk mengubah habit ke arah yang positif. Karir, studi, bisnis, kesuksesan, hubungan dengan sesama, semua hal ditentukan dari habit yang anda kembangkan. Tinggal bagaimana anda memilih habit yang mau dikembangkan apakah itu positif atau yang negatif. Jadi mulai ubah habit anda ke arah yang lebih positif mulai detik ini.
“When you change your habit, you change your life”. |
posted by .:: me ::. @ 6:47:00 AM
|
|
|
Menyelami Nilai Persahabatan |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Salah satu hal yang paling saya syukuri dalam hidup ini adalah memiliki begitu banyak sahabat. Mungkin terkesan amat klise namun ijinkanlah saya berbagai cerita tentang pengaruh para sahabat saya. Mereka tidak hanya membuat saya makin baik dari hari ke hari tetapi senantiasa menyemangati saya ketika saya sedang patah semangat. Tak terbayangkan apa jadinya hidup ini tanpa mereka. Saat-saat senang, bisa kami nikmati bersama sehingga kegembiraan itu berlipat ganda nilainya. Begitu pun saat-saat susah, kami saling berbagi, saling memberi semangat dan saling mendoakan sehingga beban hidup pun berkurang beratnya.
Sahabat-sahabat saya sangat mempengaruhi pola pikir saya. Sebagian dari mereka bahkan usianya jauh di atas saya. Itulah yang terkadang membuat sebagian orang terkadang mencap saya terlalu cepat dewasa. Bagi saya, itu sah-sah saja. "Lagipula tak ada salahnya kita lebih cepat dewasa daripada terlambat dewasa," begitu nasihat seorang sahabat saya.
Sahabat-sahabat saya membuat saya lebih bergairah dalam mengarungi hidup ini. Jelas sekali bagi saya kalau kesuksesan hidup sangat tergantung pada bantuan dan dukungan orang lain, terutama mereka yang paling dekat dengan kita (baca: sahabat). Itulah sebabnya pakar hubungan antar manusia, Les Giblin pernah mengatakan 90 persen kegagagalan dalam kehidupan seseorang adalah karena gagal dalam membina hubungan baik dengan orang lain. Sebuah penelitian bahkan mengatakan kalau kesuksesan seorang salesman 85 persen ditentukan oleh kemampuan berhubungan baik dengan orang lain (people knowledge) dan hanya 15 persen ditentukan oleh pengetahuan tentang produk (product knowledge).
Meski pun hampir semua dari kita menyadari bahwa kita perlu orang lain toh tetap saja terkadang kita bertingkah sebaliknya. Tampaknya benar bahwa setiap manusia cenderung egois, lebih tertarik kepada dirinya sendiri dibandingkan orang lain. Setiap orang ingin merasa dirinya penting, berharga dan punya nilai. Inilah yang membuat kita terkadang susah membina sebuah persahabatan. Tidak berlebihan kiranya kalau mentor saya, Pak Andrie Wongso pernah berpesan, "Salah satu hal yang paling sulit dilakukan adalah merendah di hadapan orang lain." Ya, kerendahan hati seolah menjadi "barang langka".
Ada sebuah pepatah bijak yang kiranya bisa menjadi acuan bagaimana kita bisa membina hubungan baik dengan orang lain: Aku pergi keluar mencari sahabat, tak kutemukan satu pun. Aku pergi keluar untuk menjadi sahabat, kutemukan sahabat di mana-mana. Ya, cara mencari sahabat adalah dengan menjadi sahabat terlebih dahulu bagi orang lain. Belajarlah menghargai orang lain dan memahami sudut pandangnya. Buatlah orang lain merasa nyaman ketika berada dekat kita.
Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan belajar mendengarkan. Mendengarkan tidak sama dengan mendengar. Mendengar hanya membutuhkan telinga tetapi mendengarkan membutuhkan telinga, hati dan pikiran. Dale Carnegie bahkan menegaskan, "Anda bisa memiliki lebih banyak teman dalam waktu 2 minggu dengan menjadi pendengar yang baik daripada 2 tahun dengan berusaha membuat orang lain tertarik kepada Anda." Itulah sebabnya Frank Tyger menyatakan kalau persahabatan sejati terdiri dari telinga yang mau mendengarkan, hati yang mau memahami dan tangan yang siap menolong. Terkadang saya berpikir, kalau dalam hidup ini kita mau belajar untuk saling mendengarkan rasanya jumlah konflik bisa kita minimalisir.
Hal yang juga penting dalam membangun sebuah persahabatan adalah ketulusan. Berbuat baiklah kepada orang lain semata-mata karena ia adalah manusia. Bukan karena kita mengharapkan sesuatu darinya. Ketulusan memang sulit dibuktikan. Ia biasanya hanya akan terlihat seiring perjalanan waktu. Bahkan kerap terbukti ketika yang bersangkutan telah tiada.
Ketulusan memang lebih mudah diucapkan dan dituliskan daripada dipraktekkan sebab ia berasal dari lubuk hati yang paling dalam, yang hanya memberi dan tak pernah berharap akan mendapatkan balasan. Sesungguhnya, dalam sebuah hubungan hanya ada 2 aktivitas utama: mengambil atau memberi (take or give). Kalau kita senantiasa memberi –apalagi dengan penuh ketulusan- cepat atau lambat kita akan menerima balasannya meski kita sendiri barangkali tidak pernah mengharapkannya. Itu hukum mutlak yang sulit dibantah!
Pemberian yang saya maksudkan di sini tidak hanya berupa materi. Kita bisa memberi waktu, perhatian bahkan senyuman kepada orang lain. Seorang sahabat malah berujar kalau senyuman adalah lengkungan kecil yang bisa meluruskan banyak hal. Senyuman bisa seketika mencairkan hubungan yang beku. Lagipula untuk tersenyum kita hanya memerlukan 14 otot dibandingkan untuk cemberut yang membutuhkan 72 otot.
Jika ketulusan masih sulit untuk dipraktekkan, coba hayati nasihat dari seorang Mahaguru Kebenaran, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." Kalau kita ingin orang berlaku jujur terhadap kita, hendaklah kita yang mulai berlaku jujur terhadap mereka.
Selanjutnya, belajarlah menerima perbedaan yang ada. Jangan memaksakan orang lain menjadi seperti kita. Ingatlah bahwa setiap manusia adalah unik. Dan, seperti kata Henry Ford, "Sahabat terbaik saya adalah orang yang dapat membuat saya menjadi yang terbaik". Bukan menjadi seperti dirinya!
Richard Exley pernah menulis sebuah syair indah mengenai persahabatan. "Sahabat sejati adalah orang yang mendengar dan memahami saat Anda membagikan perasaan Anda yang terdalam. Dia mendukung pada saat Anda berjuang; mengoreksi dengan lembut dan penuh kasih pada saat Anda berbuat salah; serta mengampuni pada saat Anda gagal. Seorang sahabat sejati mendorong Anda bertumbuh menuju potensi maksimal Anda. Dan yang paling mencengangkan, dia merayakan keberhasilan Anda seperti keberhasilannya sendiri," kata Richard.
Ya, kehadiran sahabat akan membuat hidup kita makin bernilai. Terkadang, tanpa disadari, kita telah memiliki semacam jaringan persahabatan yang kalau terus-menerus kita bangun jaringan ini akan semakin bertambah luas dan kuat. Bahkan, bukan tidak mungkin ini akan bisa menjadi sebuah jaringan bisnis yang kokoh di kemudian hari. Siapa tahu? ***
(Sumber: Menyelami Nilai Persahabatan oleh Paulus Winarto. Paulus Winarto adalah pemegang dua Rekor Indonesia dari MURI yakni sebagai pembicara seminar pertama yang berbicara dalam seminar di angkasa dan penulis buku yang pertama kali bukunyadiluncurkan di angkasa.) |
posted by .:: me ::. @ 6:58:00 AM
|
|
|
Saya Tertampar & Terdiam Seketika... |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Ada sebuah cerita yang menyentuh, yang diambil dari sebuah milist:
Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.
Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa ?", tanya suami saya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan," jawab saya.
Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya ?
Dan akhirnya suami saya bertanya," Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiran kamu ?"
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya ?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."
Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya.
Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan...
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu ' teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi aneh'.
Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."
"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu.
Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."
"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah.
Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."
"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya."
"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih dari saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.
"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."
"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang- barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaan saya.
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintai saya.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. |
posted by .:: me ::. @ 10:52:00 AM
|
|
|
Perang dengan Kemiskinan Mental |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Beberapa bulan terakhir ini, kita semua tak lepas dari wacana kebangkitan bangsa Indonesia. Para politisi, pengusaha, cendekiawan, agamawan, akademisi, mahasiswa, dan hampir semua kalangan, dengan bersemangat membicarakan bagaimana membangkitkan kembali bangsa yang besar ini. Siapa yang harus memulai bekerja keras membangkitkan Indonesia kembali? Para pemimpin? Atau "mereka" di luar sana? Atau justru harus dimulai dari diri kita sendiri?
Pada 2400 tahun yang lalu, berlaku prinsip kill or to be killed, membunuh atau dibunuh. Supaya survive maka harus berperang membunuh musuh. Filosofi survival zaman kehidupan Sun Tzu ini, sesungguhnya masih ada relevansinya! Tentu saja, relevansinya bukan pada membunuh orang lain. Dalam konteks bangsa ini, peperangan sesungguhnya tidak terjadi "di luar sana", melainkan perang terjadi "di dalam diri kita". Artinya, kita harus berperang melawan kemiskinan mental yang sekian lama telah membelenggu diri kita.
Apa itu kemiskinan mental? Kemiskinan mental adalah sebuah kondisi mental kejiwaan atau orientasi hidup seseorang yang dipenuhi oleh kebiasaan-kebiasaan negatif, yang sifatnya sangat menghambat kemajuan. Contohnya; malas, pesimistik, prasangka buruk, suka menyalahkan pihak lain, dan iri pada keberhasilan orang lain. Mental miskin juga ditunjukkan dari perilaku yang tidak disiplin, tidak punya kepercayaan diri, tidak bertanggung jawab, tidak jujur, tidak mau belajar, tidak mau memperbaiki diri, dan tidak punya visi ke depan. Inilah peperangan yang harus kita menangkan saat ini. Bayangkan! Seandainya setiap dari kita, mulai saat ini, detik ini juga, satu demi satu tergerak untuk mengalahkan mental miskin. Berjuang memenangkan medan pertempuran menuju kepada kekayaan mental. Yaitu mental yang penuh rasa tanggung jawab, disiplin, kerja keras, percaya diri, berkemauan untuk selalu belajar, pantang berputus asa, dan memiliki visi ke depan.
Jika kita semua memiliki kekayaan mental, pasti kita akan survive dalam kehidupan yang makin kompetitif. Peluang kita untuk meraih cita-cita akan semakin besar. Dan kita bisa memandang masa depan kita dengan lebih optimistik. Bukan tidak mustahil, berangkat dari kebangkitan mental diri kita masing-masing, maka kita telah ikut ambil bagian dalam membangkitkan kembali kejayaan negeri tercinta ini.
Jadi jelas jawabnya, jika ingin Indonesia berdiri tegak sama terhormatnya dengan bangsa lain, kita semua harus memulainya dari diri kita masing-masing.
(Sumber: Andrie Wongso, Action & Wisdom Motivation Training) |
posted by .:: me ::. @ 7:02:00 AM
|
|
|
Belajar Menumbuhkan Kesabaran Ala AA Gym |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Banyak yang berpenampilan indah tetapi terhina, sebab dia tidak punya kesabaran, banyak orang yang akhirnya rugi padahal dia punya modal apa sebabnya karena dia tidak punya kesabaran. Banyak orang yang tergelincir ketika dilanda asmara dan tidak sabar, akibatnya rugi. Alangkah indahnya orang-orang yang diberi kesabaran.
"Sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar" Sabar itu pahalanya tiada terputus, maka sungguh aneh jikalau kita ingin dekat dengan Allah, ingin indah, ingin berpahala, ingin bahagia tapi tidak sabar, karena sabar itu kunci, kalau kita punya sabar maka kita akan punya pribadi yang indah, kalau kita punya sabar kita akan menjadi orang yang dekat dengan Allah, kalau kita punya sabar, kita akan mendapatkan ganjaran yang tiada terputus.
Setidaknya ada tiga jenis yang harus kita sabari dalam hidup ini, yang pertama ; Sabar ketika berkeinginan, setiap hari kita dituntun oleh keinginan kalau tidak sabar dengan keinginan tersebut malah yang akan terjadi menjerumuskan kita. Jadi sabar yang pertama adalah meluruskan niat ketika kita punya keinginan .
Kita dikaruniai Allah keinginan, dan keinginan itulah yang menuntun sikap, kalau tidak sabar kita kehilangan niat, padahal niat adalah kunci diterimanya amal, ada orang yang cape pontang-panting, tapi tidak ada nilainya, karena apa? Karena tidak sabar meluruskan niat, maka sebelum beramal wajib bagi kita untuk meluruskan niat, karena tanpa niat amal sia-sia. Kadang orang tidak sibuk meluruskan niat tapi sibuk dengan perbuatannya, misalkan ingin membeli pakaian, kita harus bertanya dulu pada diri kita "perlukah saya membeli pakaian lagi, padahal dilemari masih banyak pakaian. Ingat pakaian yang tidak dipakai akan menghisab. Untuk apa memberatkan hisab, jikalau pakaian indah tapi kelakuan tidak indah tidak ada gunanya. Ketika sudah akan beli tanya lagi pada diri kita " benarkah kita beli sesuatu itu karena Allah atau karena ingin dipuji ? Bertanya pada diri terlebih dahulu.
Ingin menikah? Kita harus sabar untuk mengevaluasi dulu, kumpulkan informasi terlebih dahulu, studi kelayakan, pokoknya jika ingin sesuatu kumpulkan data terlebih dahulu. Sudah layakkah kita menikah? Jangan tergesa-gesa, renungkan dalam-dalam, kumpulkan informasi yang lengkap, bertanya kepada yang ahli, sebab kalau sudah ingin itu biasanya nafsu, kalau nafsu itu membutakan kebenaran. Kita harus sabar untuk bertanya, " benarkah niat saya ini? Benarkah tujuan saya ini?, mintalah petunjuk kepada Allah. Lalu yang harus kita miliki kesabaran adalah sabar berproses.
Kita biasanya tidak sanggup untuk berproses, yang harus kita nikmati itu bukan hasil tetapi proses, karena yang jadi pahala itu proses, seperti membuat kue serabi misalnya; beras ditumbuk, lalu diayak, lalu marut kelapa, lalu diperas, lalu diolah, kemudian menyiapkan oncom untuk isinya, oncom digoreng, buat sambal oncom, belum lagi badan mengeluarkan keringat, tangan terparut, lalu harus menyiapkan pembakaran, kemudian setelah menjadi serabi? Hanya sekejap saja makan dan menikmatinya, begitu tidak sebanding dengan proses pembuatannya. Makanya rugi, kalau amal hanya ujungnya saja, karena bagi kita proseslah yang menjadi amal. |
posted by .:: me ::. @ 6:38:00 AM
|
|
|
Kealamian Ditemukan Dalam Diam |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Kesibukan kerja yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, membuat saya memiliki jadwal terbang yang cukup padat. Hampir setiap minggu saya terbang. Beberapa pramugara dan pramugari Garuda bahkan mengenali saya karena terlalu sering bertemu di pesawat. Bahkan, ada yang bercanda dan mengatakan kalau saya ini laki-laki panggilan. Dan tentu saja mereka benar, karena saya teramat sering dipanggil orang untuk urusan jadi pembicara publik dan konsultan. Namun, terlepas dari godaan dan canda terakhir, ada sebuah kegiatan yang kerap saya lakukan kalau sedang terbang : melihat dan mengamati awan.
Kadang ada hamparan awan yang serupa dengan salju yang putih bersih dan terhampar luas. Ada juga awan yang tipis dan terbang ringan ditiup angin. Ada juga awan tebal dan hitam yang kerap membuat pesawat bergoyang-goyang keras. Namun, apapun warna dan jenis awannya, awan memiliki kemewahan luar biasa yang tidak dimiliki kita manusia : kebebasan dan keikhlasan.
Ingin rasanya memiliki kualitas kebebasan dan keikhlasan sebagaimana awan. Dan semakin dicermati serta dipelajari, apa lagi diselami dalam samudera-samudera kalbu yang maha luas, rupanya kita manusia juga bisa memiliki kualitas-kualitas terakhir. Ada yang menyebutnya sulit tentunya. Ada juga yang mengatakan tidak mungkin. Apapun halangannya, izinkan saya bertutur ke Anda, halangan-halangan manusia yang menggembok kita untuk memiliki kualitas kebebasan dan keikhlasan seperti awan.
Sebagaimana dituturkan dan diyakini banyak penulis, akar dari semua ketidakbebasan dan ketidakikhlasan manusia adalah mind. Oleh karena berbagai sebab dan faktor, mind manusia telah berkembang menjadi kekuatan-kekuatan pengikat yang demikian memasung. Ia yang tadinya lahir secara alami, jernih, teduh dan terang, oleh pengalaman dan pendidikan sudah dirubah menjadi kekuatan-kekuatan yang sebaliknya. Depresi, stress, penderitaan, pandangan yang tidak jernih dan apapun namanya semuanya bermula dari rantai pengikat terakhir. Bedanya dengan rantai sebenarnya yang bisa dimintakan tolong orang lain untuk membukanya, rantai mind diciptakan dan mesti dibuka oleh pemiliknya sendiri.
Memang, ada banyak sebab yang tersembunyi di balik hidup yang dirantai mind. Salah satu yang layak untuk diperhatikan adalah pendidikan dan pengalaman. Oleh dua faktor terakhir, banyak manusia yang sudah kehilangan sifat alami mind-nya. Pendidikan yang pada awalnya diniatkan berfungsi sebagai jendela-jendela kejernihan, malah berkembang sebaliknya. Melalui logika-logikanya yang keras (baca : benar-salah), ia telah membawa banyak peserta didik terasing dari kealamiannya sendiri. Pengalaman juga serupa, ia memang bisa menjadi guru terbaik, namun tidak jarang terjadi, ia juga menghadirkan peta-peta dari masa lalu yang kerap membuat orang jadi terasing dari kesehariannya.
Sebagaimana diyakini banyak orang dalam tradisi Zen, perjalanan hidup sering diibaratkan dengan perjalanan dari satu tempat, dan berakhir di tempat yang sama. Dan ketika kembali, manusia seperti melihat tempat tadi untuk pertama kalinya. Ini berarti, setinggi apapun pengetahuan, sebanyak apapun pengalaman orang, layak dipertimbangkan untuk kembali ke tempat di mana kita memulainya dulu. Dan siapapun manusianya, semua memulainya di tempat yang alami.
Coba perhatikan suara bayi yang baru lahir. Entah itu di Inggris maupun Prancis, di Australia atau di Amerika, semuanya memiliki suara tangisan yang amat serupa. Demikian juga dengan anak-anak yang memulai dunia sekolah, semuanya mulai dengan belajar huruf dan angka. Setiap anak-anak memulai kehidupan intelektualnya dengan serangkaian pertanyaan – bukan jawaban. Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi dalam mind manusia, ia mulai dengan sebuah kealamian. Sayangnya, kealamian yang menjadi awal sekaligus akhir ini, oleh upaya sengaja maupun tidak sengaja, sudah mulai terkikis secara meyakinkan dalam kehidupan banyak orang.
Di kota-kota besar di mana kepintaran, kecerdikan dan keahlian dipuja-puja sebagai mesin uang yang meyakinkan, kealamian bahkan diberi stempel menyedihkan : lugu dan bodoh. Maka bisa dimaklumi, kalau kota besar disamping memproduksi banyak uang, ia juga memproduksi keterikatan-keterikatan yang membuat manusia terasing. Coba lihat anak-anak yang terkena narkoba, angka perceraian yang meningkat tajam, perampokan yang mengerikan, atau penyakit korupsi yang tidak sembuh-sembuh. Bukankah terjadi kebanyakan di kota-kota di mana kealamian diidentikkan dengan keluguan dan kebodohan ?
Mungkin saja saya bias, atau mungkin saja Anda menyebut saya lugu dan bodoh, namun kealamian di manapun adalah sahabat kejernihan, kejujuran dan bahkan kebijakan. Dan berbeda dengan pendidikan serta pengalaman, yang mengenal wacana sebagai kendaraan kemajuan. Kealamian malah berjalan sebaliknya, ia sering kali tersembunyi rapi dalam silence. Makanya, saya masih ingat sekali apa yang pernah dituturkan seorang sahabat dengan kehidupan meditatif yang mengagumkan : naturalness is found in silence.
Belajar dari sini, ada baiknya kalau kita kembali merenungkan sifat-sifat alami mind kita. Tidak untuk dinilai, apa lagi untuk dihakimi. Sebagaimana awan, kita hanya memerlukan satu kegiatan : diam. Apa lagi diam yang dibimbing oleh keikhlasan, bukan tidak mungkin kejernihan menjadi sahabat karibnya sang hidup.
Oleh: Gede Prama |
posted by .:: me ::. @ 6:52:00 AM
|
|
|
Why Affirmations Fail? |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
- When you affirm big, believe big and pray big, big things happen.- Norman Vincent Peale
Saya yakin, anda semua, pasti pernah mendengar kata afirmasi. Mungkin anda pernah menghadiri seminar atau loka karya dan pembicaranya menyarankan anda melakukan afirmasi untuk menunjang keberhasilan anda. Mungkin juga anda pernah membaca buku-buku positive thinking yang banyak terdapat di toko buku. Para pelaku MLM (multi level marketing), DS (direct selling), agen asuransi, atau mereka yang suka dengan pengembangan diri pasti tahu betul apa itu ”Afirmasi”.
Mengapa afirmasi sangat banyak disarankan untuk digunakan? Jawabnya sederhana. Afirmasi adalah self-talk yang kita ucapkan pada diri kita sendiri dan merupakan salah satu bentuk pemrograman ulang pikiran. Menurut kebanyakan orang, afirmasi sangat mujarab untuk membantu pencapaian prestasi. Benarkah demikian? Benarkah afirmasi bisa sedemikian efektif? Jawabnya, ”TIDAK”, bila caranya tidak tepat. Saya pernah melakukannya selama 7 (tujuh) tahun tanpa hasil yang maksimal. Saya telah mengikuti semua aturan menulis afirmasi yang benar, yang dijelaskan oleh banyak pembicara terkenal, dan juga ditulis di berbagai buku best seller. Saya bahkan membeli buku yang khusus membahas mengenai self-talk. Hasilnya? Tetap tidak bisa maksimal. Saya tidak mengatakan ”tidak ada hasil”, lho. Yang saya tekankan adalah hasilnya ”tidak maksimal”.
Cukup lama saya mencari jawaban mengapa afirmasi yang saya lakukan kok nggak bisa memberikan hasil yang maksimal? Apa saja yang telah saya lakukan untuk afirmasi? Saya menulis script dan saya tempelkan di tempat yang biasa saya lihat. Misalnya di cermin kamar mandi, di pintu kamar tidur, di pintu kamar mandi, di komputer, di dashboard mobil, di hand phone, di diari, dan dijadikan screen saver. Selain itu saya juga menggunting gambar-gambar impian saya. Saya tempelkan di tempat yang dapat saya lihat dengan mudah. Tujuannya? Untuk mengingatkan (baca: memprogram) diri saya agar saya selalu fokus pada impian-impian itu. Hasilnya? Tetap tidak maksimal.
Saya bahkan membuat kaset khusus yang berisi berbagai afirmasi yang ingin saya masukkan ke pikiran bawah sadar saya. Kaset ini saya mainkan setiap kali saya berada di dalam mobil. Saya bahkan sampai menggabungkan afirmasi dengan musik khusus untuk membantu pikiran saya untuk bisa lebih mudah menerima afirmasi itu. Sekali lagi, hasilnya? Nggak maksimal.
Apakah saya gagal? Tidak. Saya berhasil mencapai sebagian dari apa yang saya afirmasikan. Namun saya merasa tidak puas. Energi dan waktu yang saya curahkan untuk melakukan afirmasi ternyata tidak memberikan hasil seperti yang saya harapkan. Lalu apa yang salah? Apakah saya malas dan tidak bekerja keras untuk mencapai goal saya? Ah, nggak. Saya sangat fokus untuk mencapai impian itu. Hasil yang tidak maksimal ini membuat saya berpikir, “Pasti ada yang salah dengan apa yang ditulis di buku-buku atau yang diajarkan di seminar yang telah saya hadiri”. Logika saya sederhana saja. Banyak kawan saya yang juga melakukan afirmasi seperti yang saya lakukan ternyata hasilnya juga sami mawon alias idem alias setali tiga uang alias sama saja.
Proses pencarian jawaban “Mengapa afirmasi yang saya lakukan tidak membuahkan hasil yang maksimal?” akhirnya mengantar saya pada petualangan pemahaman cara kerja pikiran yang luar biasa, dan ini yang ingin saya bagikan kepada anda melalui artikel ini. Bagi anda yang sukses dengan afirmasi, saya ucapkan selamat dan saya ikut bahagia dengan keberhasilan anda. Bagi anda yang mengalami “nasib” seperti yang saya alami, mudah-mudahan dengan apa yang saya jelaskan berikut ini akan dapat membantu anda untuk bisa segera meraih keberhasilan.
So, mengapa afirmasi tidak memberikan hasil maksimal? Indera penglihatan memberikan kontribusi sebesar 87% dari total stimulus yang masuk ke otak. Kalau dilihat sekilas, jalur visual ini kesannya sangat dominan. Namun bila ditelaah lebih jauh ternyata input visual masih berupa ide sugestif yang bersifat sadar (conscious). Teknik afirmasi, yang menggunakan gambar atau membaca script, ternyata hanya cocok untuk 5 % populasi yang masuk dalam kategori sangat sugestif. Faktor lain yang berpengaruh terhadap keefektifan afirmasi adalah kapan waktu kita menulis atau membaca afirmasi itu. Sering kali kita diajarkan untuk menulis, membaca, atau melihat afirmasi kita saat bagun tidur atau di siang hari. Ternyata waktu ini tidak cocok dengan prinsip kerja pikiran. Ternyata dari riset ditemukan fakta menarik bahwa ada waktu tertentu yang memberikan pengaruh paling maksimal. Nah, pertanyaannya sekarang adalah, “Kapan waktu yang paling tepat untuk melakukan afirmasi?” Waktu yang paling tepat adalah malam hari saat gelombang otak kita dominan berada di kondisi alfa atau theta.
Cara melakukan afirmasi lainnya, seperti yang sering disarankan oleh banyak seminar atau buku, adalah dengan menuliskan afirmasi setiap hari. Ternyata ini counter productive. Afirmasi cukup ditulis seminggu sekali dan harus bersifat jangka pendek. Nah, bingung kan? Kok beda dengan yang anda ketahui selama ini? Selain itu kita perlu membatasi jumlah afirmasi yang kita tulis dan hanya untuk beberapa aspek kehidupan kita. Maksudnya? Anda tidak boleh menuliskan lebih dari tiga afirmasi. Batasi diri pada tiga aspek kehidupan. Misalnya, aspek kesehatan, aspek finansial, dan aspek relasi. Apa akibatnya kalau kita menulis banyak afirmasi untuk tiap aspek kehidupan? Pikiran bawah sadar akan bingung dan akan kehilangan daya untuk membantu anda mencapai goal anda.
Saat anda telah menulis afirmasi, tunggu dan lihat efeknya. Kalau dalam waktu 2 (dua) minggu belum ada efeknya maka anda perlu menulis ulang afirmasi anda. Mungkin cara anda menulis atau pilihan kata atau struktur kalimat yang digunakan tidak berkesan bagi pikiran bawah sadar anda. Lalu, bagaimana bila setelah anda menulis ulang afirmasi sampai beberapa kali namun tetap belum ada hasil yang tampak? Yang terjadi adalah resistansi/penolakan terhadap afirmasi itu. Ada bagian dari diri anda yang menolak sugesti (afirmasi) yang anda lakukan. Lalu bagaimana caranya mengatasi hal ini? Berhenti dan jangan pernah lagi mengotak-atik afirmasi ini selama beberapa minggu. Semakin anda bernafsu untuk memperkuat (re-inforce) afirmasi ini maka semakin kuat penolakan dari pikiran bawah sadar anda. Saat anda tidak lagi memaksa afirmasi ini untuk diterima pikiran bawah sadar maka daya tolak pikiran bawah sadar terhadap afirmasi anda juga menurun. Cepat atau lambat afirmasi yang sebenarnya telah masuk ke pikiran bawah sadar akan mulai diterima dan dijalankan. Penolakan muncul karena kita cenderung bersifat memaksa pikiran bawah sadar untuk menerima afirmasi yang kita ucapkan.
Satu hal lagi yang membuat afirmasi susah berhasil, untuk kebanyakan orang, adalah bahwa jarang orang sadar bahwa afirmasi sebenarnya sama dengan sugesti. Nah, kalau sudah bicara sugesti maka anda harus tahu anda termasuk orang tipe apa. Ada orang yang mudah disugesti secara fisik (physically suggestive) dan ada orang yang hanya bisa disugesti secara emosional (emotionally suggestive), dan ada yang bisa ac-dc alias kiri-kanan ok atau bisa keduanya. Wording atau cara penulisan afirmasi untuk tiap tipe ini tidak sama. Bila anda termasuk kategori sugestif secara fisik dan anda, karena tidak tahu, menulis afirmasi yang bersifat emosional maka dijamin afirmasi anda tidak bisa jalan. Demikian pula sebaliknya.
Terlepas dari afirmasi apa yang anda gunakan, untuk panduan dalam menuliskan afirmasi, anda perlu memerhatikan hal-hal berikut: 1. Gunakan afirmasi untuk goal jangka pendek 2. Tulis afirmasi dengan tulisan tangan, bukan diketik 3. Tulis afirmasi seminggu sekali 4. Minimalkan jumlah afirmasi untuk mendapatkan efek konsentrasi sugesti 5. Tulis afirmasi dengan kalimat positip dan sekarang, jelas atau spesifik, dan tanggal pasti kapan anda ingin mencapai goal anda 6. Tulis ulang afirmasi bila dirasa perlu. Jika afirmasi tidak bekerja seperti yang diharapkan maka berhenti melakukan afirmasi.
Ada kawan saya yang meskipun telah saya jelaskan cara melakukan afirmasi secara benar tetap menolak apa yang saya sampaikan. Saat saya bertanya, “Kenapa sih, anda kok begitu yakin dan memegang teguh cara anda melakukan afirmasi padahal anda tahu hasilnya nggak maksimal?” “Lho, cara afirmasi yang saya gunakan selama ini saya dapatkan dari seminar dan workshop yang sangat mahal. Kan, eman (sayang) kalo nggak saya pake,” jawabnya. “Tapi, kalau ternyata cara yang anda gunakan tidak bisa memberikan hasil maksimal, mengapa anda tidak mencoba cara lain?” kejar saya lagi. “Saya yakin cara yang saya gunakan sudah benar. Soalnya pembicaranya orang terkenal. Saya percaya banget dengan apa yang ia ajarkan,” jawab kawan saya. Saya hanya bisa tersenyum saat mendengar jawabannya.
Saya teringat kata bijak Winston Churchil, “A fanatic is one who can’t change his mind and won’t change the subject.
(Sumber: Adi W. Gunawan, penulis buku best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success, Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?, dan Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication) |
posted by .:: me ::. @ 6:58:00 AM
|
|
|
NOTORIOUS: Known For Something Bad |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Bila karakter pribadi kita adalah sebuah gunung, reputasi adalah bayangan dari gunung itu.
Sebuah kerikil, hanya akan membuat sebuah bayangan kerikil. Anda tidak akan bisa membangun sebuah bayangan se-ukuran gunung, bila Anda tidak membangun sebuah gunung. Kita, Anda dan saya tidak akan mampu membangun reputasi yang baik, tanpa lebih dahulu membangun sebuah pribadi yang berkualitas.
Bangunlah reputasi sebagai bagian dari keuntungan orang lain, bukan bagian dari biaya mereka.
Kita semua memiliki masalah-masalah kita dalam karir dan kehidupan pribadi kita, dan akan sangat berterima kasih kepada siapa pun yang bisa membantu kita menyelesaikan masalah-masalah itu. Maka kita akan sangat diuntungkan bila kita memastikan kehadiran kita - menjadi sebuah kehadiran yang menyelesaikan masalah orang banyak. Anda disebut , bila Anda famous menjadikan diri Anda bagian dari penyelesaian. Dan dia, akan menjadi notorious, bila dia menjadikan dirinya bagian, atau bahkan sumber dari masalah.
Mempertahankan kebiasaan buruk adalah seperti berdiri dalam semen basah.
Semakin lama Anda berdiri dalam semen basah, akan semakin sulit Anda membebaskan diri. Dan mempertahankan kebiasaan buruk, adalah persis seperti berdiri dalam semen basah. Walau pun Anda sudah berubah bentuk, cetakan semen itu mengumumkan bentuk Anda sebelumnya - sebagai bentuk asli Anda. Itu sebabnya, dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memperbaiki nama yang sempat rusak, karena cetakan reputasi buruk bias mengekang lebih kuat daripada semen yang telah mengeras.
Cari lah yang bukan gajah.
Bila Anda kesulitan menemukan bentuk gajah dalam sebuah bongkah besar marmer, temukan lah bentuk-bentuk yang bukan gajah dan kemudian sebuah bentuk gajah akan mulai terlihat dengan lebih jelas. Dan anjurannya adalah; bila kita menemukan banyak kesulitan dalam mebangun kualitas-kualitas bintang pada diri kita, tunda lah sebentar upaya itu. Sebagai gantinya, temukan lah keburukan-keburukan yang telah menjadi tuan rumah dalam perilaku kita, dan segera hilangkanlah. Bila kita berhasil meminimalkan kekurangan-kekurangan, sebetulnya kita telah berhasil memaksimalkan kebaikan-kebaikan kita.
Anda bisa mencapai keberhasilan tanpa mengupayakan keberhasilan.
Banyak orang menjadi gagal dalam upaya mencapai keberhasilan, dan menjadikan diri mereka dikenal buruk; tanpa menyadari bahwa lebih banyak orang yang berhasil dalam upaya menjadikan diri mereka bernilai bagi orang lain. Mereka mencapai keberhasilan, bukan karena mereka mengupayakan keberhasilan bagi diri mereka sendiri; tetapi karena mengupayakan keberhasilan bagi orang lain.
Jangan lah hanya menjadi terkenal, tetapi pastikanlah Anda dikenal baik dalam suatu hal.
Dan kita akan mudah mengenali kualitas-kualitas yang akan menjadikan kita dikenal baik, dengan memperhatikan apa yang kita utamakan dalam kesendirian kita saat tidak ada orang yang melihat kita. Karena, karakter pribadi yang sesungguhnya, adalah yang tampil saat kita sendiri - saat kita merasa se-bebas-bebas-nya untuk menjadi apa pun yang kita sukai. Maka berhati-hati lah dalam kesendirianAnda. Bukankah sering terjadi, bahwa saat kita bekerja keras- tidak ada yang melihat; tetapi saat kita menguap - ada yang melihat.
Beranikan lah diri Anda. Anda tidak akan mungkin mendekati keberhasilan, bila Anda tidak juga ramah kepada kegagalan.
Jangan lah menjadikan kemungkinan adanya kegagalan sebagai pembatal keinginan kita untuk mencapai kebesaran yang telah menjadi hak kita - yaitu untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini. Kesalahan adalah tanda-tanda untuk naik yang akan Anda temui dalam upaya mewujudkan kelas kelas kepemimpinan yang lebih tinggi pada diri Anda, dan sama sekali bukan tanda untuk berhenti. Bila Anda tidak membuat kesalahan, itu berarti bahwa Anda tidak berupaya cukup keras. Dan bahkan bila Anda harus dikenal karena kesalahan Anda, maka biar lah - asal mereka tahu bahwa itu adalah kesalahan, dan mereka juga tahu bahwa Anda masih dalam perjalanan untuk menjadi seorang bintang.
Pastikanlah bahwa kebaikan adalah yang menjadi dasar reputasi Anda.
Coba lah mulai hari ini untuk menyenangkan setidaknya satu orang setiap hari. Reputasi pribadi yang paling manis adalah reputasi yang dibangun karena suka-cita orang lain dalam pertemuan dengannya. Dan dengan mencoba menyenangkan setidaknya satu orang setiap hari, sebetulnya proses membangun sebuah nama baik, adalah sebuah proses yang penuh suka cita.
Berapa orang kah yang bisa Anda gembirakan hari ini?
(Sumber: Becoming A Star, Mario Teguh) Labels: Mario Teguh |
posted by .:: me ::. @ 6:32:00 AM
|
|
|
Humor Bagi Kehidupan Kita |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
“Unfortunately, some people believe their schedules are more important than their lives. – Patutlah disayangkan jika ada orang yang mengira bahwa daftar tugas yang harus mereka selesaikan itu lebih penting dibandingkan kehidupan mereka sendiri.” – David Leonhardt (dikutip dari The Reader's Digest)
Di era modern, dimana persaingan sudah sangat padat, kita dituntut berusaha lebih keras dan cepat. Padahal kita juga harus menghadapi persoalan yang kian pelik di rumah dan pekerjaan, tugas yang semakin menumpuk dan belum terselesaikan, kehilangan, jadwal tertunda, tidak ada solusi dan lain sebagainya. Semua itu menjadikan kita mudah stres, sebab seakan tidak ada lagi nilai-nilai positif yang dapat membahagiakan.
Pekerjaan dan krisis atau kehilangan sering dikaitkan dengan stres. Humor merupakan salah satu cara mengatasi tekanan-tekanan semacam itu. Bahkan humor juga mampu mempertahankan dan meningkatkan segala hal yang positif di dalam diri kita lebih optimal. Kemampuan seseorang dalam menciptakan humor dalam kehidupan mereka sangat berpengaruh terhadap kondisi emosional, kesehatan, dan hubungan sosial. Ketiganya pun merupakan faktor utama penyokong terselesaikannya semua persoalan dan tercapai suatu kesuksesan. Humor membantu meringankan beban akibat stres dan mengendalikan emosi menjadi lebih baik dari biasanya.
Sultanoff menegaskan bahwasanya, “Anecdotal evidence has long supported the proposition that distressing emotions and humor cannot occupy the same psychological space. – Berbagai bukti telah menyebutkan bahwa tekanan emosi dan humor tidak dapat terjadi dalam satu suasana psikologis.”
Humor sangat efektif mengarahkan pemikiran menjadi positif. Humor akan membuat hati kita senang. Bila hati kita senang, otomatis kita akan bersikap lebih baik terhadap orang lain, lebih mudah berpikir dan menemukan alternatif-alternatif baru yang belum pernah terbayangkan. Sehingga humor menjadikan kita siap bekerja kembali dengan lebih giat dan kreatif dalam menciptakan prestasi dalam kehidupan ini.
Sementara itu, humor sering membuat kita tertawa. Pada saat tertawa, sistem imun atau kekebalan tubuh dan sistem pada tulang, pembuluh darah jantung maupun otot bekerja lebih aktif. Ada yang menyebutkan bahwa tertawa merupakan olahraga organ dalam tubuh dan sangat efektif mengembalikan kondisi kesehatan. Para pakar kesehatan menyatakan bahwa hati yang senang mampu menangkal penyakit, khususnya efek dari stres yang berkepanjangan.
Norman Cousins menegaskan, “Jika kita tertawa lepas selama 10-20 menit maka kita akan terbebas dari rasa sakit selama puluhan jam berikutnya.” Tidak mengherankan bila kita merasa kondisi fisik ini lebih baik setelah tertawa. Dengan kondisi fisik yang lebih baik artinya kita akan memiliki energi yang lebih besar dalam berusaha mencapai kesuksesan yang kita inginkan.
Humor sangat bermanfaat dalam aktifitas kita sebagai mahluk sosial. Sebab dengan kemampuan menciptakan humor maka kita akan mudah berkomunikasi secara intensif dan membangun suatu hubungan sosial. Apalagi di era tehnologi mutahir seperti sekarang ini, kita dapat memanfaatkan tehnologi untuk mengirim maupun menerima humor secara lebih luas. Misalnya kita kirimkan cerita, gambar lucu dan lain sebagainya melalui internet yang menjangkau seluruh dunia. Hampir dapat dipastikan bahwa hubungan sosial yang lebih baik dan luas akan meningkatkan potensi kesuksesan.
Humor memang senantiasa diperlukan, dalam pergaulan, bisnis, produk, dan lain sebagainya. Perhatikan bahwa perhatian kita akan lebih besar terhadap hal-hal yang mengandung unsur humor. Misalnya bila kita mengikuti seminar yang dibawakan dengan penuh humor, maka kita akan mengikuti seminar tersebut dengan sepenuh hati sampai selesai. Padahal mungkin seminar tersebut sudah berlangsung 5 jam. Bahkan ketika pulang dari seminar tersebut kita masih tersenyum, dengan membawa perasaan senang dan semangat yang lebih besar.
Sebenarnya terdapat banyak sekali cara yang menjadi sumber humor dan menyebabkan kita tertawa, misalnya memberi nama lucu kepada benda-benda yang kita punya, lebih banyak memberi daripada menerima, menonton acara-acara, suara-suara dan wajah yang lucu, membaca cerita humor dan lain sebagainya. Tetapi kita harus memperhatikan apakah humor itu sehat ataukah tidak. Humor yang sehat mampu mengurangi stres, memberikan perspektif baru dan perasaan lebih baik. Sedangkan humor yang menyakiti bisa menyinggung perasaan orang lain, meningkatkan ketegangan, dan menjadikan suasana perasaan lebih buruk.
Secara umum target humor mengarah kepada diri sendiri itu lebih menyehatkan. Sebab pada saat kita mentertawakan diri sendiri, maka orang di sekitar kita akan merasa lebih aman karena mereka merasa bukan merupakan target dari humor tersebut dan mereka menjadi terhibur. Misalnya ketika saya menceritakan pengalaman sewaktu mengunjungi Eropa Timur, tepatnya saat berada di Jerman. Waktu itu saya ingin ke toilet. Ada dua pintu, yang satu bertuliskan dumen, dan yang satunya lagi bertuliskan herren. Saya berspekulasi bahwa dumen adalah toilet pria. Tetapi setelah saya buka, dibalik pintu itu ternyata semuanya wanita. Saya malu sekali waktu itu. Banyak orang tertawa saat saya menceritakan pengalaman lucu tersebut. Setidaknya saya telah menyebabkan orang lain senang dan merasa nyaman serta lebih dekat dengan saya. Saya yakin telah mendapatkan keuntungan dari aktifitas humor tersebut dari segi kesehatan, emosional dan hubungan sosial.
Jadi jangan selalu menganggap segalanya terlalu serius. Sangatlah penting menciptakan humor di tengah tekanan persoalan atau pekerjaan yang harus kita hadapi dan persaingan yang begitu ketat. Manfaat humor bagi kehidupan sosial, kesehatan dan emosional, sebagaimana diuraikan diatas, cukup menjelaskan bahwa humor merupakan mekanisme yang sangat potensial. Bukan sekedar humor bila saya kemudian menganjurkan Anda untuk mengasah dan mencoba menggunakan kemampuan Anda dalam menciptakan humor untuk membangun kesuksesan yang Anda dambakan.
Karena kehidupan kita sebenarnya jauh lebih menyenangkan dibandingkan pekerjaan dan persoalan yang harus kita selesaikan.
(Sumber: Andrew Ho, penulis buku best seller Highway to Success)
|
posted by .:: me ::. @ 7:24:00 AM
|
|
|
Mengasah Rasa Empati Pada Anak |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Ada sebuah kisah menarik yang diungkapkan Jack Canfield dalam bukunya, Chicken Soup for the Teens. Ia bercerita tentang seorang anak yang catatan kejahatannya lebih panjang dari tangannya. Anak itu pemberang, pemberontak, dan ditakuti baik oleh guru maupun kawan-kawannya.
Dalam sebuah acara perkemahan, pelatih memberikan tugas kepadanya untuk mengumpulkan makanan untuk disumbangkan bagi penduduk yang termiskin. Ia berhasil memimpin kawan-kawannya untuk mengumpulkan dan membagikan makanan, bahkan hasil yang didapat berhasil memecahkan rekor kegiatan sosial selama ini. Setelah makanan, mereka mengumpulkan selimut dan alat-alat rumah tangga. Dalam beberapa minggu saja, anak yang pemberang itu berubah menjadi anak yang lembut dan penuh kasih. Seperti dilahirkan kembali, ia menjadi anak yang baik, rajin, penyayang, dan bertanggung jawab. Apa yang menyebabkan anak pemberang tersebut bisa "insyaf" dan kelakuannya berubah 180 derajat? Jawabnya, perasaan si anak pemberang tadi secara tidak sadar tersentuh oleh penderitaan yang dialami orang lain. Dengan kata lain, dalam jiwanya muncul perasaan empati.
Empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi. Empati merupakan kunci pengembangan leadership dalam diri individu.
Pada dasarnya setiap anak sudah memiliki kepekaan (empati) masing-masing pada dirinya, hanya saja hal tersebut tergantung bagaimana cara si anak maupun orangtua mengasahnya sehingga terbentuk karakter yang baik. Karena itu, siapa pun kita, entah itu orangtua ataupun guru, sangat dianjurkan untuk menanamkan sifat empati kepada anak.
Ada beberapa kegunaan yang bisa didapat seorang anak bila dilataih untuk bersikap empati, yaitu: Dengan empati anak mampu mengetahui dan memahami emosi orang lain dan berbagi perasaan dengan orang lain. Dengan empati anak "dipaksa" untuk mengubah pola pikir rigid menjadi fleksibel, pola pikir egois menjadi toleran. Dengan empati anak akan mengerti bahwa tidak semua keinginannya melalui orang lain dapat terpenuhi. Dengan empati anak akan mampu membina hubungan dan diterima oleh orang lain. Dengan empati anak akan mampu bergaul dan menjalin persahabatan dengan orang lain. Dengan empati anak akan memiliki inisiatif untuk membantu orang lain yang berada dalam kesulitan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengembangkan sikap empati pada anak, salah satunya melalui cerita. Menurut Jalaluddin Rakhmat dengan mengutip Gerbner, manusia adalah satu-satunya makhluk yang suka bercerita dan hidup berdasarkan cerita yang dipercayainya. Para Nabi mengajar umatnya dengan parabel atau kisah perumpamaan. Para sufi seperti Al-'Attar, Rumi, Sa'di mengajarkan kearifan perenial dengan cerita. Bahkan, Jack Canfield memberikan inspirasi pada jutaan orang melalui kumpulan cerita dalam Chicken Soup-nya.
Setidaknya ada empat prinsip mengasah empati melalui cerita yang dapat kita lakukan. Pertama, melalui contoh atau keteladanan. Di sini para nabi dan sahabat adalah model ideal untuk dijadikan teladan. Ceritakan dan contohkan kepada anak dengan perilaku orangtua bagaimana kepedulian nabi dan sahabat terhadap orang lain termasuk terhadap anak. Kedua, melalui contoh atau disiplin yang positif. Orangtua dapat menceritakan proses perubahan yang terjadi pada para nabi dan sahabat. Ketiga, melalui penghayatan bermain peran (role playing empathy). Ajarkan anak untuk menghayati perasaan, kondisi dan kesulitan orang lain, selain mengajarkan anak untuk menyadari tingkah laku negatifnya. Keempat, melalui konsistensi dan komitmen orangtua. Ayah dan ibu harus menyepakati aturan yang akan mereka terapkan kepada anak. Ceritakan kepada mereka bagaimana keluarga nabi dan sahabat selalu konsisten dalam berperilaku.
(Sumber: Dari Berbagai Sumber) |
posted by .:: me ::. @ 6:52:00 AM
|
|
|
Bagaimana Cara Mempertahankan Motivasi? |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
“Bagaimana cara mempertahankan motivasi? Dari mana sumbernya?”
Seringkali, ketika kita merasa down, biasanya kita senang “curhat” dengan teman maupun kekasih hati. Ada juga yang menjadi tiba-tiba rajin berdoa dan berkomunikasi dengan The Ultimate Force of Life (alias Yang Maha Kuasa). Banyak cara untuk mengatasi hati yang sedih, kacau, kecewa, cemas dan gundah gulana. Termasuk segelintir orang yang mempunyai akses untuk terus mengikuti seminar-seminar motivasi dengan tujuan “memompa” motivasi yang sudah mulai kendor. Setelah beberapa lama, biasanya dalam hitungan hari, motivasi yang “terpompa” tiba-tiba menjadi loyo kembali. Gundah gulana lagi. Sedih lagi. Kecewa lagi. Cemas lagi. Panik lagi.
Setelah itu, kembali mencari “pompa motivasi” dengan berbagai cara dari “luar,” yaitu dengan cara-cara di atas. Tetap saja, motivasi menjadi kendor dalam beberapa hari. Kemudian, siklus “memompa” dan “kendor” terulang lagi. Begitu seterusnya seperti suatu lingkaran yang tidak ada putusnya. Bagaimana caranya supaya motivasi yang sudah terpompa itu menjadi “tahan lama”? Pertanyaan yang bagus sekali. Pertanyaan philosophical ini sebenarnya bisa dijawab dalam bentuk buku yang tebalnya 300 halaman atau dengan satu kalimat singkat ini, “Carilah motivasi dari dalam diri, bukan dari luar. Segala sesuatu yang berasal dari dalam diri tidak akan mudah goyah oleh hal-hal dari luar.”
Banyak sekali bukti bahwa motivasi yang tertinggi (the ultimate motivation) bukanlah motivasi yang bersumber dari teriakan-teriakan motivasional dan afirmasi-afirmasi yang diucapkan tidak dengan sepenuh hati. Bahkan ada orang yang bertanya kepada saya, “Kok katanya saya bisa semakin sukses, lha padahal saya sudah ucapkan afirmasi setiap hari selama dua bulan, kok ya belum sukses-sukses pula…?” Ah, pertanyaan semacam ini adalah pertanyaan (maaf) yang dungu. Selama afirmasi hanya dianggap sebagai afirmasi, ia tidak akan memberi manfaat nyata. Afirmasi hanyalah salah satu instrumen untuk mengubah mindset seorang pecundang (loser) menjadi pemenang (winner).
Jadi, afirmasi bukanlah jalan freeway menuju sukses. Ia hanyalah tumpukan batu kerikil yang bisa kamu susun setiap hari menjadi jalan setapak yang berliku-liku menuju suatu jalan misterius, yang mudah-mudahan, adalah jalan Anda menuju sukses. Saya menjadi teringat dengan salah satu teman kuliah saya, yang sudah bertahun-tahun ingin melakukan sesuatu setiap kali hatinya sedang gundah gulana. Sampai detik ini, hal itu belum juga ia lakukan karena berbagai pertimbangan yang bagi saya adalah “mengada-ada.” Uniknya, setiap kali gundah, ia pasti ingat akan hal itu, lantas dengan nada yang sangat memelas, ia biasanya menghubungi saya. Biasanya saya pompa semangatnya untuk mempersiapkan diri menyongsong hari baru sesuai dengan harapannya. Namun biasanya dalam beberapa hari, niatnya diurungkan lagi, terutama kalau hatinya sudah tidak gundah lagi. Ini sudah membentuk suatu pola yang berlangsung bertahun-tahun tanpa ada tindakan nyata. Kegundahan akan terus menghantuinya sepanjang hidup, di manapun dia berada. Niat untuk “escape” dari suatu keadaan ketika hati gundah semestinya bisa dilawan dengan tekad yang kuat. Kalau pun niat ini sudah menjadi ketekadan bulat, “escape” lah, tanpa perlu ditimbang-timbang lagi akan kekhawatiran yang tidak perlu.
Keberanian dan ketekatan untuk bertindak di dalam ketidakmenentuan merupakan wujud dari iman (faith) kita. Jalanlah dalam kegelapan, toh di ujung lorong ada secercah cahaya yang menerangin jalan kita. Lantas, mengapa takut? Motivasi dari dalam juga merupakan wujud dari iman (faith). Jadi, sangat tidak masuk akal (make sense) bagi saya kalau ada orang beriman yang sangat rajin beribadah namun tidak mempunyai motivasi hidup dan gundah gulana serta cemas tidak karuan terus sepanjang hidup. Iman (faith) identik dengan motivasi berkelas marathon dan keberanian serta tekad untuk berjalan di dalam lorong yang gelap (tidak menentu). Saya yakin Anda lebih senang menyebut diri sebagai seorang beriman, namun yang seperti apa? Hanya Anda yang bisa menjawab sendiri.
Sekarang Anda pasti sudah bisa menjawab bahwa sumber motivasi tertinggi bersumber dari dalam diri sendiri yang dibarengi dengan iman yang mendalam. Yuk, kita jalan bersama-sama di dalam lorong yang gelap sambil bernyanyi dan tertawa. Biarkan dunia bergejolak, toh saya tahu apa yang mesti saya jalankan di dalam lorong yang penuh misteri ini.
Sumber: Jennie S. Bev. (penulis, edukator dan konsultan berbasis di Kalifornia Utara, ia telah menerbitkan 20 buku dan lebih dari 900 artikel di manca negara) |
posted by .:: me ::. @ 6:45:00 AM
|
|
|
Against All Odds (Menentang Semua Kemungkinan) |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Nasib itu - tidak permanen. Sesuatu yang kita sebut 'nasib' itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen. Dia sangat lentur, luwes, dan reaktif. Dia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan tindakan kita - tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri. Dia – nasib itu, berupaya sangat netral; meskipun sebetulnya dia sangat berpihak kepada keberhasilan dan kebahagiaan kita. Nasib sudah berdiri di samping peraduan Anda sejak mata Anda terpejam tadi malam. Dia tidak sabar menunggu kebangunan Anda, agar pagi ini Anda mengupayakan pelayanan kepada orang lain – kebaikan bagi orang lain yang penting bagi kebaikan sang nasib. Tetapi, lebih sering daripada tidak, nasib itu dikecewakan oleh orang yang terjaga- tetapi tidak bangun. Bagi mereka yang bangun - yang tegap dan bertenaga – dalam pekerjaannya; nasib akan mengambil bentuk sebuah istana yang megah dan gemerlap. Tetapi, bagi mereka yang tidak bangun, walau pun terjaga; nasib akan mengambil bentuk sebuah penjara.
Keberuntungan. Kapan kah Anda akan berpihak kepada saya? Sebagian orang hanya mempercayai adanya satu nasib – yaitu nasib buruk. Dan dia akan menggunakan keyakinannya itu untuk menjelaskan kesulitan hidupnya. Sebagian yang lain hanya mempercayai satu nasib yang satu lagi - yaitu nasib baik. Dan dia akan menggunakan yang diyakininya itu untuk menjelaskan keberhasilan orang lain yang tidak disukainya. Nasib itu ada yang buruk, dan ada juga yang baik. Itu sebabnya kita harus membuktikan bahwa kita bernasib baik, melalui keberanian untuk memutuskan dan bekerja keras untuk menjadikan keputusan itu sebuah keputusan yang baik; yaitu keputusan yang menjadikan kita bernasib baik.
Se-untung-untungnya seseorang yang lupa, tetap lebih untung orang yang ingat. Bila Anda terus ingat dengan hak Anda untuk mencapai impian-impian kepemimpinan Anda, maka mudah bagi Anda untuk menyiapkan diri bagi peran-peran yang mengharuskan kebaikan dan perbaikan di lingkungan Anda. Dan karena Anda termasuk pribadi yang siap, Anda akan melihat bahwa ternyata nasib baik lebih berpihak kepada dia yang siap. Maka jawab lah pertanyaan ini. Semua yang sedang Anda kerjakan sekarang, termasuk juga pekerjaan yang sedang Anda hindari itu - apakah mereka akan menjadikan Anda seorang pribadi yang lebih siap? Dan bila jawaban Anda adalah 'Ya', kesiapan untuk apa kah itu? Apa kah Anda mengetahui dengan pasti untuk apa kah kesiapan yang sekarang sedang Anda bangun itu?
Kartu Apakah Yang sedang anda Pegang? Seandainya semua kemenangan dalam permainan kartu ditentukan oleh kualitas kartu yang dipegang oleh seseorang, maka teknik paling penting dalam permainan kartu adalah teknik membagi kartu -bukan memainkannya. Lalu, segera setelah seseorang menerima pilihan kartu yang buruk, dia harus segera menyerah. Dan rekannya yang mendapatkan pilihan kartu yang baik - harus segera melompat berdiri dan mengumumkan kemenangannya. Tetapi apakah memang begitu? Kemenangan dalam kehidupan ini, persis seperti permainan kartu -yaitu, bukan kartu yang Anda pegang yang menentukan kemenangan Anda, tetapi bagaimana Anda memainkan kartu apa pun yang ada pada Anda. Kualitas yang prima tidak menjamin keberhasilan bagi siapa pun, tetapi penggunaan yang bersungguh-sungguh dari kualitas apa pun yang kita miliki - itu lah jalan terbaik menuju jaminan yang Anda inginkan.
Penderitaan tidak menyebabkan penderitaan. Lebih jauh, sebuah penderitaan tidak harus menyebabkan terlahirnya penderitaan yang lebih besar lagi. Karena, penderitaan bisa datang bahkan dari sebuah kebahagiaan - bila kebahagiaan itu ditelantarkan. Penderitaan adalah kualitas perasaan yang pada pribadi-pribadi bintang seperti Anda, sebetulnya adalah kekuatan asli yang terjahitkan dalam upaya Anda untuk keluar dari penderitaan. Tetapi, sebagian orang berhasil memisahkan perasaan sakit itu dari upaya-nya, sehingga dia bisa meratap dalam perasaan sakit-nya, tanpa terlibat dalam upaya untuk memperbaiki keadaannya.
Penderitaan adalah hasil dari pilihan sikap dan perilaku yang memperbesar kesempatan datangnya penderitaan - maka pilih lah sikap dan perilaku yang memudahkan tercapainya kebahagiaan. Keberhasilan yang paling manis adalah keberhasilan yang dicapai melalui kesulitan dan penderitaan. Bila semuanya mudah, maka keberhasilan tidak akan disebut keberhasilan - ia biasanya disebut “. terang aja!”..
Penderitaan bukan lah hasil dari sebuah penderitaan. Bila semuanya mudah, maka tidak ada hasil yang bisa disebut keberhasilan. Sadari lah bahwa seruling yang melantunkan kemerduan suara surgawi itu - berasal dari buluh bambu yang disayat oleh pisau yang tajam dan dilubangi oleh batang besi yang membara.
(Sumber: Mario Teguh Super Talk 03.03.2006 at Ramako 105.8FM) Labels: Mario Teguh |
posted by .:: me ::. @ 10:37:00 AM
|
|
|
Pencuri Impian |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepuk tangan kepadanya.
Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat, dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya.
Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya "Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya". "Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar.
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang kerumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini dia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari.
Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan. Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para menari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita secara akrab.
Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?". "Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari", jawab sang pakar.
Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. "Ini tidak adil", seru si ibu muda. "Sikap anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko !".
Si pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak .... Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya. Saya tidak harus nonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu anda camkan, bahwa ANDA MESTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA. Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang bertumbuh. PUJIAN ITU SEPERTI PEDANG BERMATA DUA. ADA KALANYA MEMOTIVASIMU, BISA PULA MELEMAHKANMU. Dan faktanya saya melihat bahwa sebagian besar PUJIAN YANG DIBERIKAN PADA SAAT SESEORANG SEDANG BERTUMBUH, HANYA AKAN MEMBUAT DIRINYA PUAS DAN PERTUMBUHANNYA BERHENTI. SAYA JUSTRU LEBIH SUKA MENGACUHKANMU, AGAR HAL ITU BISA MELECUTMU BERTUMBUH LEBIH CEPAT LAGI. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. TIDAK PANTAS ANDA MEMINTA PUJIAN DARI ORANG LAIN".
"Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini anda sudah menjadi penari kelas dunia. MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA ...". |
posted by .:: me ::. @ 6:40:00 AM
|
|
|
Jatuh Cinta Sebagai Kejadian Spiritual |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Setiap orang pernah jatuh cinta. Umumnya, jatuh cinta itu terjadi pada orang dengan lawan jenis. Tidak ada satupun kata-kata yang bisa mewakili perasaan jatuh cinta. Sebutlah kata senang, gembira, bahagia, bergetar, berdebar, takut kehilangan, cemburu, ingin selalu bersama, semua terlihat bersinar dan menyenangkan, tetap saja tidak bisa mewakili seluruh nuansa jatuh cinta.
Biasanya yang lama diingat orang melalui kejadian-kejadian jatuh cinta adalah perasaan-perasaan yang ada di dalam. Memegang tangan pasangan saja membuat jantung berdebar. Melihat matanya yang dibalut senyum bisa membuat terkenang-kenang selamanya. Kata-kata pertama yang menunjukkan lawan jenis kita tertarik dan jatuh cinta pada kita, bisa menjadi satu rangkaian kalimat yang terdengar di telinga setiap hari. Memperhatikan rambut, tata krama, cara berpakaian, cara bicara lawan jenis kita, semuanya tampak pas dan sempurna. Dan pada akhirnya membuat kita seperti memiliki dunia ini seorang diri. Inilah rangkaian hal yang membuat cinta diidentikkan dengan perasaan (feeling).
Banyak sudah lagu, film, sinetron, novel, syair, puisi yang lahir dari sumber cinta sebagai perasaan. Kalau kemudian banyak yang memberikan kesan cinta itu cengeng, lemah, tangisan dan sejenisnya, itu hanyalah sepenggal pemahaman tentang cinta sebagai perasaan. Ada dimensi kedua dari cinta yang layak dicermati setelah cinta sebagai perasaan, yakni cinta sebagai sebuah kekuatan (power). Coba perhatikan pengalaman jatuh cinta kita masing-masing. Ada kekuatan maha dahsyat yang ada di dalam diri, yang membuat badan dan jiwa ini demikian perkasanya. Seolah-olah disuruh memindahkan gunungpun rasanya bisa. Hampir tidak ada penugasan dari lawan jenis yang kita cintai yang tidak bisa diselesaikan. Mulut ini seperti dengan cepatnya berteriak : bisa !
Bermula dari pemahaman seperti inilah maka Deepak Chopra dalam The Path To Love, menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual. Ia tidak semata-mata bertemunya dua hati yang cocok kemudian menghasilkan jantung yang berdebar-debar. Ia adalah tanda-tanda hadirnya sebuah kekuatan yang dahsyat. Persoalannya kemudian, untuk apa kekuatan dahsyat tadi dilakukan. Kaum agamawan nan bijaksana menggunakan kekuatan terakhir sebagai sarana untuk bertemu Tuhan. Usahawan yang berhasil menggunakan tenaga maha besar ini untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Ibu yang mencintai keluarganya mengabdikan seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Pekerja yang menyadari kekuatan ini menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan cinta. Banyak orang yang dijemput keajaiban karena kemampuan untuk membangkitkan tenaga maha dahsyat ini.
Anda bisa bayangkan, tentara Inggris yang demikian perkasa harus pergi dari India karena kekuatan cinta Mahatma Gandhi beserta pejuang lainnya. Negeri ini dideklarasikan secara amat gagah berani melalui cinta duet Sukarno-Hatta. Demokrasi Amerika berutang amat banyak pada cinta George Washington. Raksasa elektronika Matsushita Electric dibangun di atas tiang-tiang cinta Konosuke Matsushita. Microsoft sampai sekarang masih dipangku oleh kecintaan manusia luar biasa yang bernama Bill Gates. Sulit membayangkan bagaimana seorang Jenderal besar Sudirman bisa memimpin pasukan melawan Belanda dengan badan yang sakit-sakitan, kalau tanpa modal cinta yang mengagumkan. Wanita perkasa dengan nama Kartini mengambil resiko yang demikian tinggi untuk mengangkat derajat kaumnya, apa lagi yang ada di baliknya kalau bukan kekuatan-kekuatan cinta. Boleh saja Anda menyebut rangkaian bukti ini sebagai serangkaian kebetulan, tetapi saya lebih setuju dengan Deepak Chopra yang menyebut bahwa jatuh cinta adalah sebuah kejadian spiritual.
Dari sinilah sang kehidupan kemudian menarik kita tinggi-tinggi ke rangkaian realita yang oleh pikiran biasa disebut luar biasa. Di bagian lain bukunya, Chopra menulis : ‘merging with another person is an illusion, merging with the Self is the supreme reality’. Bergabung dengan orang lain hanyalah sebuah ilusi, tapi bergabung dengan sang Diri yang sejati, itulah sebuah realita yang maha utama.
Jatuh cinta sebagai kejadian spiritual, yang dituju adalah bergabungnya diri kita dengan Diri yang sejati. Ada yang menyebut Diri sejati terakhir dengan sebutan Tuhan, ada yang memberinya sebutan kebenaran, ada yang menyebutnya dengan inner life, dan masih banyak lagi sebutan lainnya. Apapun nama dan sebutannya, ketika Anda menemukannya, kata manapun tidak bisa mewakilinya. Yang ada hanya : ahhhhh !
Serupa dengan pengalaman jatuh cinta ketika kita masih muda, di mana semua unsur badan dan jiwa ini demikian kuat dan perkasanya, demikian juga dengan jatuh cinta sebagai kejadian spiritual. Ia mendamaikan, menggembirakan, mencerahkan, mengagumkan dan menakjubkan. Dan yang paling penting, semuanya kelihatan serba sempurna. Air sungai, daun di pohon, desir angin, suara ombak, wajah pegunungan, demikian juga dengan pekerjaan, keluarga, atasan, bawahan. Seorang sahabat yang kerap jatuh cinta seperti ini, pernah mengungkapkan, dalam keadaan jatuh cinta, setiap lembar daun di pohon apapun terlihat seperti sehalaman buku suci yang penuh inspirasi. Setiap hembusan angin adalah pelukan-pelukan tangan kekasih yang amat menyentuh. Setiap suara air adalah nyanyian-nyanyian rindu yang menyentuh kalbu. Anda tertarik ?
(Sumber: Gede Prama) |
posted by .:: me ::. @ 6:48:00 AM
|
|
|
Awas.. Ada Yang Mengendalikan Anda |
<$BlogDateHeaderDate$>
|
Ada seseorang yang mengontrol anda pada setiap gerakan. Ada seseorang yang mengontrol anda untuk sukses maupun gagal. Anda ingin terus atau memilih untuk menyerah. Ada seseorang yang mengontrol anda mulai dari bangun pagi. Apa yang ingin anda minum, sarapan pagi, pakaian yang anda kenakan.
Seseorang yang mengontrol, karir mana yang ingin anda lalui, teman mana yang anda pilih atau mengontrol anda apakah anda memilik sukses atau gagal. Seseorang ini mengontrol segala yang anda lakukan. Seseorang itu adalah diri anda sendiri. Seseorang ini andalah asset yang paling berharga dalam kehidupan anda. Dialah yang mengontrol setiap aktivitas dan pilihan-pilihan kita.
Cara anda mengontrol diri anda sendiri di masa lampau, adalah cara yang menjadikan anda seperti sat ini. Anda senang cara dia mengontrol diri anda ? Atau anda sangat kecewa? Anda harus menyadari cara anda mengontrol diri anda sendiri saat ini dan hari-hari mendatang bisa membawa diri anda kemanapun anda mau. Tentukan arah, dan tanamkan komitmen yang tinggi secara konsisten. Jadikan diri anda sendiri sebagai pengontrol yang baik terhadap tujuan anda.
Setiap bangun pagi, katakan pada diri anda, apakah anda akan malas atau rajin? Maka pilihlah rajin. Anda akan bad mood atau good-mod? Maka pilihlah Good-mood. Anda akan cemberut atau tersenyum. Pilih tersenyum! Anda akan jalani hari dengan murung atau gembira? Pilihlah gembira! Anda akan berfikir dan bersikap positif atau negatif? Pilihlah Positif.
Lihatlah bahwa semua adalah pilihan anda. Semua di bawah kontrol anda. Semua di bawah pengawasan anda. Apakah anda akan menyalahkan orang lain jika dalam kehidupan anda sekarang belum sukses dan berhasil? Apakah begitu?
Anda berhak seratus persen atas diri anda sendiri. Andalah yang pantas disalahkan, karena anda yang memegang kendali. Anda bisa bilang “Ya” atau “Tidak” atas ide-ide dan anjuran orang lain, namun semua tetap anda yang menentukan.
Sekarang saatnya anda menyadari bahwa, kendali ada ditangan anda. Nasib anda ada ditangan anda sendiri. Kesuksesan anda ada seratus persen di tangan anda sendiri. Andalah yang menentukan. |
posted by .:: me ::. @ 6:54:00 AM
|
|
|
|
:: My Profile :: |
... m.y.z.t.e.r.i.o.u.z ...
... click my profile ...
... please don't click ...
Join me on
Friendster!
|
:: Wisdom :: |
|
:: Recent Post :: |
|
:: Archives :: |
|
:: Menu :: |
|
:: LETTO Fans Blog :: |
|
:: NIDJIholic Blog :: |
Click Slide Show
|
:: Friends :: |
|
:: Games :: |
| |